Kamis, 18 Agustus 2011

MENTAL PENGEMIS

“Pak, minta, Pak….” Kata seorang pengemis.
”Kamu belum makan ya.” jawab orang yang diminta.
”Nih, 10.000,-” yang diminta menyodorkan uang sepuluh ribuan.
Pengemis menerima, lalu ....
”Ini Pak, kembaliannya 8.000.-.” kata pengemis sambil memberikan kembalian.
”Lho, kok pake kembalian?”
”Iya, saya Cuma butuh dua ribu untuk beli pulsa...”

Ini kurang lebih dialog yang terjadi pada iklan sebuah operator selluler di radio. Mendengar iklan ini saya nyopir ”angkot” saya sambil senyam senyum.

Ini mah PENGEMIS BANGET. Entah si penulis skrip iklan yang gak teliti atau itu memang sengaja mengupas mental pengemis. Gak butuh duit tapi tetap minta-minta. Cuma butuh dua ribu untuk beli pulsa tetap minta orang, padahal dia punya kembalian delapan ribu. Kalau dia pakai kan masih sisa enam ribu.

Mental pengemis ini memang menyedihkan. Dia mau uang banyak tapi malas bekerja. Dia sudah punya uang tapi masih terus meminta-minta.

Tapi kalau dipikir-pikir mental pengemis ini juga sudah mulai melanda banyak orang. Bahkan para pejabat –baik swasta maupun pemerintah. Gajinya sudah gede, tunjangan jabatannya sudah gede. Bahkan untuk pejabat publik seperti Bupati, Walikota, Gubernur sampai Presiden dan Menteri-Menterinya, tunjangannya bejibun. Ibaratnya recehan untuk ke toilet umum aja ada tunjangannya.

Kayak gitu masih juga minta-minta.

Jadi teringat seorang pejabat bea cukai di hanggar sebuah perusahaan tempat saya dulu pernah mampir ’hidup’. Dia minta uang pulsa untuk dia dan anak-anaknya. Wow.... sama persis dengan iklan di atas. Tapi mintanya sampai seratus ribu. Bedanya Cuma jumlahnya, tapi mentalnya sama. Sudah banyak dapat dari mana-mana, beli pulsa aja minta.

Pejabat koruptor juga begitu, minta disuapin terus, padahal uang di rekeningnya yang milyaran gak bakalan habis dipakai. Tapi masih minta-minta terus.

Hendaknya para koruptor mencermati sabda Rasulullah tentang peminta-minta ini. Kita juga ding, biar gak sampai bermental koruptor –eh pengemis:

“Sesungguhnya meminta-minta itu sama dengan luka-luka yang dengan meminta-minta itu berarti seseorang melukai mukanya sendiri. Oleh karena itu, siapa mau silakan menetapkan luka itu pada mukanya, dan siapa mau silakan meninggalkan, kecuali meminta kepada sultan atau meminta untuk suatu urusan yang tidak didapat dengan jalan lain.” (HR Abu Daud dan Nasai)

Islam lebih mengajarkan bekerja daripada meminta-minta. Kata Rasulullah, “Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak.” (Mutafaq’alaih)


Bahkan bagi yang masih mampu atau memiliki kekuatan untuk bekerja Rasulullah mengharamkan sedekah baginya.  “Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna.”(HR Tarmidzi)


Sekarang ini mengemis atau meminta-minta malah dijadikan profesi. Seorang pengemis penghasilannya lebih tinggi daripada upah minimum kabupaten. Banyak yang memiliki rumah layak di kampung halaman. Para pejabat yang juga doyan minta-minta uang tanda tangan juga demikian. Gajinya sudah lebih dari cukup. Sepuluh tahun terakhir ini PNS dimanja pemerintah dengan kenaikan gaji dan remunerasi. Anggota DPR DPRD juga demikian. Kepala Daerah, Kepala Dinas dan lain-lain juga demikian. Mereka gak puas dengan penghasilannya dan pengen lebih kaya – kaya – dan kaya lagi. (Nggak semuanya sih kayak gini).


Mungkin mereka belum pernah mendengar ucapan Rasulullah ini, ”Siapa yg meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat dan makan batu dari neraka jahanam. Oleh karena itu, siapa yg mau silakan minta sedikit dan siapa yg mau silakan minta sebanyak-banyaknya.” (HR Tarmidzi)


Jadi kalau saya kasihan sama pengemis --baik yang compang-camping di pinggir jalan, maupun yang berkemeja rapih, berdasi, baju safari di kantor-kantor—itu semata-mata kasihan kenapa mereka belum menghayati pernyataan Rasulullah ini.

Semoga saja bukan karena cuek.....
 
Cikarang Baru 12 Agustus 2011