Sebelum bertanding, anakku yang karateka selalu menyiapkan diri jauh-jauh hari. Latihan 3-4 kali sepekan itu sudah biasa. Saya melihatnya sampai heran kok gak cape-capenya dia. Demi tujuan yang jelas, menang dalam pertandingan, maka persiapanpun dilakukan dengan ringan.
Setahun sebelum UN, sekolah-sekolah juga telah membekali murid-muridnya dengan bimbel tambahan. Di luar jam sekolah, mereka dibekali dengan berbagai macam soal-soal try out. Demi lulus gemilang di UN yang sering menakutkan itu. Keinginan lulus UN, menyemangati murid-murid untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Demikian juga dengan kita yang mau pulang kampung menjelang lebaran. Dua bulan sebelum lebaran, tiket bis, kereta dan pesawat terbang sudah ludes dibeli para calom pemudik. Ini salah satu persiapan yang dilakukan disamping persiapan-persiapan lainnya.
Persiapan memang harus dilakukan agar tujuan kita tercapai. Jangan mengalir seperti air yang kemanapun ada tempat lebih rendah kesitulah dia mengalir. Hidup di dunia ini juga sebuah perjalanan. Perjalanan menuju kehidupan selanjutnya. Bahkan hidup didunia ini hanya sebuah jembatan saja. Sepanjang apapun jembatan itu, dia jauh lebih pendek daripada daratan yang kesana kita menuju. Selama apapun umur kita di dunia, itu hanya sekejap mata bagi kehidupan kekal di ’daratan’ akhirat nanti.
Maka, selayaknyalah kehidupan yang singkat ini kita penuhi hari-harinya dengan persiapan demi persiapan. Berbenah setiap hari. Masukkan ’baju-baju kita’ ke koper, karena setiap saat mobil travel akan datang menjemput. Jangan lena, walau sekejap. Masukkan selalu baju amal sholeh kita di koper besar kehidupan kita. Pertahankan kualitasnya dengan kamper iman. Lalu selalu perbaharui iman kita dengan siraman ayat-ayat-Nya agar dia tetap menyebarkan aroma wanginya. Pupuk dia dengan nasihat Nabi dan para sahabat agar dia tetap segar.
Kemanapun kita pergi di bumi Allah ini, itu adalah masih dalam rangkaian penantian menunggu travel jemputan yang dikemudikan oleh sang Izrail. Maka bersiap siaga adalah gambaran yang tepat. Seperti tentara yang siap siaga kapanpun saja diperintahkan komandan maju ke medan perang.
Menjelang pulang kampung selalu kita menyiapkan yang terbaik untuk dibawa ke sana.
Kemeja terbaik, gaun terbaik, parfum terbaik, HP terbaik, motor terbaik, mobil terbaik. Meskipun tidak baru, kondisinya sangat prima. Syukur kalau bisa baru. Kalau orang kampung menganggap pamer, biarlah toh ini adalah hasil kerja kita di perantauan.
Jangan salah melakukan persiapan dengan memasukkan bekal buruk kedalam kopor kita, nanti tak berguna. Cuma capek dan pegal kita membawanya. Seorang koruptor telah merencanakan dan mempersiapkan perbuatannya dengan matang. Agar sukses menjadi koruptor kaya. Tapi sesungguhnya dia telah salah memasukkan bekal ke dalam kopor besarnya menuju ’daratan’ akhirat yang sangat luas. Yang tentu saja memerlukan bekal yang terbaik dan dalam jumlah yang cukup.
Bersiap siagalah. Siapa tahu sebentar lagi travel itu datang menjemput.
Cikarang Baru, 22 Mei 2010
Tulisan ini dibuat setelah membaca berita tentang dua orang pezina yang mati saat berzina di sebuah hotel di Depok. Mereka mati akibat zinanya yang telah dipersiapkan dengan matang. Mereka overdosis obat kuat. Mereka telah memasukkan bekal yang salah ke dalam koper perjalanan panjangnya ketika tiba-tiba mobil travel malaikat Izroil datang menjemput. Naudzubillahi min dzalika.