Ngobrolin rokok memang tak bakalan bisa berhenti.
Jika yang ngobrol sesama anti-rokok, maka masing-masing akan menceritakan pengalaman pahit dirinya saat dulu masih merokok. Atau menceritakan salah satu anggota keluarganya yang merokok. Atau tetangganya yang perokok. Yang baru saja sakit keras atau bahkan meninggal akibat kebanyakan merokok.
Jika yang ngobrol adalah perokok di satu pihak dan si anti-rokok dipihak lain, maka bakalan lebih seru lagi. Si perokok tiba-tiba berubah menjadi seorang sosialis. Mikirin para pekerja pabrik rokok, petani tembakau, dan semua pihak yang 'mendapatkan keuntungan' dari proses produksi dan penjualan rokok. Sementara si anti-rokok akan mengeluarkan semua logika tentang kebobrokan dan kemudharatan yang ditimbulkan oleh benda 7 senti yang bernama rokok ini.
Kalau ngobrolin rokok memang harus ditetapkan dulu tujuannya. Mau mencari kebenaran atau mau menang-menangan. Sering kalau sudah mentok pro dan kontranya, yang terjadi malah sama aja membenturkan logika dengan yang anti logika. Yang anti-rokok mengeluarkan berbagai data ilmiah tentang bahaya rokok dan akibat-akibatnya. Yang pro-rokok mengeluarkan berbagai alasan yang lemah dan subyektif, tapi terus dibawa kemanapun dia pergi bersama kotak rokoknya.
Yang aneh adalah pemerintah negeri ini. Pemerintah seperti macan ompong di dunia perokokan ini. Peringatannya yang sangar ditempelkan di setiap bungkus rokok. Di tayangkan di setiap iklan rokok. Di cetak di baliho iklan rokok yang berukuran raksasa. Tapi..... tidak digubris oleh para perokok. Anak muda perokok pemula juga tak peduli dengan peringatan itu. Mereka lebih terpesona dengan keperkasaan bintang iklan rokok daripada menyaksikan akibat nyata yang banyak bergelimpangan.
Keperkasaan bintang iklan rokok di TV itu juga sebenarnya adalah pelecehan produsen rokok terhadap peringatan pemerintah itu. Bayangkan ternyata bahaya rokok dalam peringatan itu justru ditutup-tutupi dengan keperkasaan dan kejantanan para perokok yang digambarkan dalam iklan-iklannya.
Peringatan pemerintah tak hanya tak digubris. Tapi bahkan dilecehkan oleh produsen rokok. Negeri ini telah jadi surganya pengusaha rokok. Coba amati lingkungan Anda. Sepertinya setiap jengkal udara publik dipenuhi dengan iklan rokok. Lengkap dengan asapnya.
Saat pilkada udara kita dipenuhi dengan gambar orang-orang yang pengen jadi pemimpin. Beberapa bulan saja, kita sudah merasa sumpek dan bosan melihatnya. Tapi iklan rokok? Sepanjang tahun! Ya, sepanjang tahun mata kita dijejali dengan janji-janji gombal keperkasaan, kejantanan, kebersamaan dan persahabatan di sepanjang jalan. Tapi belum pernah saya mendengar ada yang protes keras, bosan dan eneg dengan iklan janji palsu para produsen rokok ini. Bahkan lembaga olahraga, pendidikan, sosial, ormas justru banyak yang hidup mendompleng dan didomplengi iklan rokok ini.
Kalau ada yang konsisten menyuarakan gerakan anti rokok, itu masih sangat sedikit. Diantaranya Pak Fuad Baradja bersama LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) yang didirikannya. Dan sekeras apapun suaranya masih tenggelam diantara gemuruh hingar-bingar dan hutan belantara iklan rokok. Juga tenggelam di dalam jurang diamnya pemerintah, yang seakan sudah merasa cukup dengan menerbitkan peringatan kecil dalam persegi panjang yang dicetak dalam bungkus rokok itu.
........Ngobrolin rokok alias ngrokok memang tak habis-habisnya. Udah dulu, ah.... emangnya ada yang mau baca tulisan ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar