Sabtu siang laptopku rusak. Padahal sedang ngetik soal try out untuk murid-muridku. Sampai malam laptopku ngadat gak mau nyala layarnya. Gak ada kegiatan, kuisi ngobrol sama anak-anak. Sampai akhirnya kunyalakan TV berita. Eeh…. Ternyata ketemu Mas Pepeng.
Tadinya saya kira acara ini menampilkan Mas Pepeng sebagai bintang tamu. Saya tau Mas Pepeng adalah artis pelawak intelek. Lewat Jari-Jarinya Pepeng acara kuis melalui telepon –mungkin dulu satu-satunya kuis per telpon- menjadi sangat menarik.
Lalu Mas Pepeng sakit lama sehingga harus menjalankan aktivitasnya dari atas kasur di rumahnya. Menulis buku, menulis status di fesbuk dan twitter, menyapa teman-teman, memposting foto-foto lucu, cerita tentang kesetiaan sang istri mendampinginya dalam keadaan demikian. Tak ada keluh kesah tentang kondisinya. Kalau toh ada, disampaikannya dengan jenaka. Sehingga kalau toh kita membacanya dengan tertawa, tak terasa air matapun meleleh.
Eeehhh…. La kok ini sekarang saya ketemu Mas Pepeng. Bukan sebagai bintang tamu rupanya, tapi sebagai host sebuah acara talk show. Acaranya bertajuk KETEMU PEPENG. Acaranya menceritakan kisah-kisah inspiratif kesuksesan anak-anak bangsa. Terpuruk dalam penyakit yang dideritanya, tak tampak dalam cerah wajahnya, senyum cerianya, gaya bicara dan gaya lawakannya yang Pepeng Banget. Ceplas-ceplos, tapi cerdas. Sersan. Serius tapi santai.
Namanya juga usaha. Ini tema acara Ketemu Pepeng yang saya tonton. Seorang bintang tamu adalah pengusaha kue kering, yang lulusan kedokteran. Katanya dokter Co-as terlama dan sampai sekarang belum menjandang gelar dokter. Dokter (awet) muda ini meskipun belum jadi dokter, tapi sudah menjadi SpKK. Bukan spesialis Kulit dan Kelamin, tapi spesialis Kue Kering.
Menjadi penguasaha kue kering adalah pelariannya setelah divonis sakit jantung yang menyebabkan surutnya peluang menjadi dokter. Kondisi ini sempat membuatnya depresi, hilang semangat hidup, mengurung diri di kamar. Sampai kemudian muncul semangatnya dengan menekuni bisnis kue kering.
“Jadi gak bias nulis resep ya?” tanya Mas Pepeng.
“Bisa, resep kue!” jawab Bu Diah pengusaha spesialis kue kering ini dengan cepat. Mas Pepeng pun menimpali dengan ketawa khasnya. Jadi tak peduli seorang calon dokter, beralih menjadi tukang kue –demikian pengakuan bu Diah- bukankah hal yang tabu.
“Namanya juga usaha” kata Mas Pepeng dengan suara dan gayanya yang khas. Dan sekarang hasil usahanya lumayan. Yaitu bisa untuk membuat 1 pabrik baru.
Dan menariknya usaha yang dilakukan oleh Bu Diah ini salah satu resepnya adalah selalu berbakti kepada ibunya. Ya…. Namanya juga usaha.
Tamu berikutnya adalah Devris stuntman film-film laga. Yang harus berani menantang maut. Dan ini membuat dia tidak lagi direndahkan oleh teman-nya. Penuh resiko. Takut katanya hanya terjadi ketika kita belum memahaminya. Tapi ketika memahaminya takut itu bias ditekan. Bahaya??? Ya…. Namanya juga usaha.
Slamet Riyadi, coordinator Luminthu. Memanfaatkan sampah, kerajinan barang bekas. Lumayan itung2 nunggu tutupnya usia. Demikian makna Lumintu menurut Pak Slamet. Ini katanya berawal dari curhat para manula di sekitar rumahnya yang dulunya pintar menganyam. Maka dicarikan bahan sampah untuk didaur ulang untuk dibuat anyaman. Dan sampah inipun kini menjadi barang berharga. Diekspor ke luar negeri. Demikian juga dengan para pekerjanya yaitu 84 orang manula yang kini juga menjadi merasa berharga hidupnya. Ya namanya juga usaha.
Acara Ketemu Pepeng yang disponsori oleh Dumpet Dhuafa ini sangat menarik. Banyak kisah inspirasi baik yang fakta seperti yang disampaikan oleh ke tiga tamu tadi. Juga ada kisah inspirasi rekaan yang keluar dari mulut Mas Pepeng. Misalnya tentang pedagang kue ijo yang tak bosan-bosan menjajakan dagangannya, meskipun kepada orang yang sama yang kemarin-kemarin selalu menolaknya. Kegigihannya menjual tak dapat dihentikan. Meskipun hasilnya belumlah Nampak.
Hari pertama dia mengetuk pintu sebuah rumah, “Pak, mau beli kue ijo?” katanya setelah dibukakan pintu. Melihat kuenya kurang menarik, pemilik rumah menolak.
Esoknya dia datangi rumah yang sama, “Pak, mau kue ijo?” …. Dan ditolak lagi.
Esoknya lagi didatanginya rumah itu lagi, “Pak, mau beli kue ijo?” …. Dan ditolak pula. Demikian setiap hari dikunjungi nya rumah itu sampai pada hari ketujuh, sebelum dia menawarkan kue ijonya dia sudah dibentak duluan oleh Bapak pemilik rumah.
“Apaaa?! Kue ijo lagi???!!! Gua paku, lu di tembok, gua salib lu!” bentak pemilik rumah. Mendengar bentakan itu, si penjual kue ijo menjawab:
“Nggak, Pak. Saya Cuma mau tanya….”
“Tanya apa?”
“Ada palu, pak?”
“Kagak!!!” jawab si bapak sambil kesal.
“Ada paku, PaK?”
“Kagaaaaak!” tambah kesal dia.
“Boleh saya tanya satu lagi, Pak?” Tanya penjual kue lembut.
“Apaa!!” pemilik rumah cepat menjawab biar tukang kue segera pergi.
“Emmm …. Mau beli kue ijo, Pak??”
Tentunya bukan Mas Pepeng kalau gak lucu. Tapi kalau Anda membaca tulisan ini tapi tidak tersenyum juga, saya maklum , karena…. saya bukan Mas Pepeng. Dan kalau Anda pengen tersenyum dan terinspirasi saksikaan sendiri Ketemu Pepeng Sabtu depan jam 10 malam di TV One.
Kalau Anda tidak tertarik meskipun sudah membaca tulisan ini….. ya gak papa…. Namanya juga usaha.
Cikarang Baru, 29 Januari 2011