Rabu, 17 Februari 2010

Sekolah Tinggi atau Penghasilan Tinggi?

Anak saya mau masuk SMK. Demikian berita yang saya dengar langsung dari anak saya saat liburan semester yang baru lalu. Sekarang ini dia sudah kelas 9.

Saya senang mendengarnya. Terbayang anak saya tiga tahun ke depan akan memiliki ketrampilan yang cukup untuk hidup mandiri. Setelah mandiri, terserah dia mau kuliah sambil berwirausaha atau full berkarir dari kemandiriannya itu dengan dibantu oleh beberapa karyawannya.

Berita ini didengar oleh tetangga dan keluarga lainnya.
Tanggapannya macam-macam. Namun kebanyakan menyayangkan keputusan anak saya itu. Bahkan ada yang mengompori istri saya, agar dia memberi pencerahan kepada anak saya sehingga batal masuk SMK. Katanya kalau masuk SMK, nanti susah masuk perguruan tinggi jenjang strata satu. Paling-paling politeknik. Katanya lagi, kalau masuk SMA masa depannya cerah karena bisa kuliah kemana saja yang dia inginkan. Tentu saja tetap diharapkan bisa masuk jurusan favorit yang nanti bisa siap bekerja di tempat basah dengan gaji gede. Demikian kurang lebih alasan keberatannya.

Hari Ahad sepulang shalat Isya’ saya ngobrol dengan seorang teman yang sekarang sukses jadi pengusaha. Seperti biasa kami ngobrol masalah anak-anak kami yang seusia.
Lalu dia menanyakan tentang anak saya. Saya ceritakan masalah niat anak saya masuk SMK itu.

Tampaknya dia senang mendengarnya.
”Saya juga lulusan SMK, Pak...” katanya. Lalu saya sampaikan tanggapan pesimistik di atas.

Jawabnya, ”Lulusan SMK memang digaji rendah di pabrik. Sedikit di atas anak-anak lulusan SMA bahkan banyak yang disamakan saja dengan lulusan SMA.”

Saya mengangguk-angguk mengiyakan. Teringat dulu waktu kerja di pabrik. Anak buah saya yang lulusan SMK gajinya sama saja dengan yang lulusan SMA meskipun mereka lebih trampil.


"Tapi gak papa, kerja di pabrik perlu, biar tau bagaimana memasuki dunia kerja." katanya.

”Demikian juga lulusan politeknik dan sejenisnya. Meskipun kalau kerja di pabrik gaji dan jabatannya di bawah anak-anak yang lulusan S-1.” lanjutnya.

Saya juga mengamini. Tergambar semua pengalaman kerja di pabrik jaman baheula.

”Makanya lulusan SMK maupun politeknik, gak betah kerja di pabrik. Hampir semua teman kuliah saya dulu, sekarang sudah mandiri sebagai pengusaha. Rata-rata mereka kerja gak sampai 10 tahun di pabrik. Karena digaji kecil, sementara kita merasa punya ketrampilan. Ngapain kerja ikut orang berlama-lama.”

Tiunggggg! .......... Inilah motivasi yang saya tunggu-tunggu.
Karena dianggap rendah secara akademik, maka digaji rendah.
Karena digaji rendah, maka mendingan resign dan bikin bisnis sendiri.
Alhamdulillah sekarang bisa menggaji banyak karyawan, beberapa diantaranya sarjana lulusan perguruan tinggi favorit.

Dalam hati saya berteriak: ”SMK memang BISA!”

Cikarang Baru, 2 Rabiul Awal 1431/17 Februari 2010.

1 komentar: