Senin, 31 Januari 2011

Hore….. Ketemu Pepeng!

Sabtu siang laptopku rusak. Padahal sedang ngetik soal try out untuk murid-muridku. Sampai malam laptopku ngadat gak mau nyala layarnya. Gak ada kegiatan, kuisi ngobrol sama anak-anak. Sampai akhirnya kunyalakan TV berita. Eeh…. Ternyata ketemu Mas Pepeng.
Tadinya saya kira acara ini menampilkan Mas Pepeng sebagai bintang tamu. Saya tau Mas Pepeng adalah artis pelawak intelek. Lewat Jari-Jarinya Pepeng acara kuis melalui telepon –mungkin dulu satu-satunya kuis per telpon- menjadi sangat menarik.
Lalu Mas Pepeng sakit lama sehingga harus menjalankan aktivitasnya dari atas kasur di rumahnya. Menulis buku, menulis status di fesbuk dan twitter, menyapa teman-teman, memposting foto-foto lucu, cerita tentang kesetiaan sang istri mendampinginya dalam keadaan demikian. Tak ada keluh kesah tentang kondisinya. Kalau toh ada, disampaikannya dengan jenaka. Sehingga kalau toh kita membacanya dengan tertawa, tak terasa air matapun meleleh.
Eeehhh…. La kok ini sekarang saya ketemu Mas Pepeng. Bukan sebagai bintang tamu rupanya, tapi sebagai host sebuah acara talk show. Acaranya bertajuk KETEMU PEPENG. Acaranya menceritakan kisah-kisah inspiratif kesuksesan anak-anak bangsa. Terpuruk dalam penyakit yang dideritanya, tak tampak dalam cerah wajahnya, senyum cerianya, gaya bicara dan gaya lawakannya yang Pepeng Banget. Ceplas-ceplos, tapi cerdas. Sersan. Serius tapi santai.
Namanya juga usaha. Ini tema acara Ketemu Pepeng yang saya tonton. Seorang bintang tamu adalah pengusaha kue kering, yang lulusan kedokteran. Katanya dokter Co-as terlama dan sampai sekarang belum menjandang gelar dokter. Dokter (awet) muda ini meskipun belum jadi dokter, tapi sudah menjadi SpKK. Bukan spesialis Kulit dan Kelamin, tapi spesialis Kue Kering.
Menjadi penguasaha kue kering adalah pelariannya setelah divonis sakit jantung yang menyebabkan surutnya peluang menjadi dokter. Kondisi ini sempat membuatnya depresi, hilang semangat hidup, mengurung diri di kamar. Sampai kemudian muncul semangatnya  dengan menekuni bisnis kue kering.
“Jadi gak bias nulis resep ya?” tanya Mas Pepeng.
“Bisa, resep kue!” jawab  Bu Diah pengusaha spesialis kue kering ini dengan cepat. Mas Pepeng pun menimpali dengan ketawa khasnya.  Jadi tak peduli seorang calon dokter, beralih menjadi tukang kue –demikian pengakuan bu Diah- bukankah hal yang tabu.
“Namanya juga usaha”  kata Mas Pepeng dengan suara dan gayanya yang khas. Dan sekarang hasil usahanya lumayan. Yaitu bisa untuk membuat 1 pabrik baru.
Dan menariknya usaha yang dilakukan oleh Bu Diah ini salah satu resepnya adalah selalu berbakti kepada ibunya. Ya…. Namanya juga usaha.
Tamu berikutnya adalah Devris stuntman film-film laga. Yang harus berani menantang maut.  Dan ini membuat dia tidak lagi direndahkan oleh teman-nya. Penuh resiko. Takut katanya hanya terjadi ketika kita belum memahaminya. Tapi ketika memahaminya takut itu bias ditekan. Bahaya??? Ya…. Namanya juga usaha.
Slamet Riyadi, coordinator Luminthu. Memanfaatkan sampah, kerajinan barang bekas. Lumayan itung2 nunggu tutupnya usia. Demikian makna Lumintu menurut Pak Slamet.  Ini katanya berawal dari curhat para manula di sekitar rumahnya yang dulunya pintar menganyam. Maka dicarikan bahan sampah untuk didaur ulang untuk dibuat anyaman. Dan sampah inipun kini menjadi barang berharga. Diekspor ke luar negeri. Demikian juga dengan para pekerjanya yaitu 84 orang manula yang kini juga menjadi merasa berharga hidupnya. Ya namanya juga usaha.
Acara Ketemu Pepeng  yang disponsori oleh Dumpet Dhuafa ini sangat menarik. Banyak kisah inspirasi baik yang fakta seperti yang disampaikan oleh ke tiga tamu tadi. Juga ada kisah inspirasi rekaan yang keluar dari mulut Mas Pepeng.  Misalnya tentang pedagang kue ijo yang tak bosan-bosan menjajakan dagangannya, meskipun kepada orang yang sama yang kemarin-kemarin selalu menolaknya. Kegigihannya menjual tak dapat dihentikan. Meskipun hasilnya belumlah Nampak.
Hari pertama dia mengetuk pintu sebuah rumah, “Pak, mau beli kue ijo?” katanya setelah dibukakan pintu. Melihat kuenya kurang menarik, pemilik rumah menolak.
Esoknya dia datangi rumah yang sama, “Pak, mau kue ijo?” …. Dan ditolak lagi.
Esoknya lagi didatanginya rumah itu lagi, “Pak, mau beli kue ijo?” …. Dan ditolak pula. Demikian setiap hari dikunjungi nya rumah itu sampai pada hari ketujuh, sebelum dia menawarkan kue ijonya dia sudah dibentak duluan oleh Bapak pemilik rumah.
“Apaaa?! Kue ijo lagi???!!! Gua paku, lu di tembok, gua salib lu!” bentak pemilik rumah. Mendengar bentakan itu, si penjual kue ijo menjawab:
“Nggak, Pak. Saya Cuma mau tanya….”
“Tanya apa?”
“Ada palu, pak?”
“Kagak!!!” jawab si bapak sambil kesal.
“Ada paku, PaK?”
“Kagaaaaak!” tambah kesal dia.
“Boleh saya tanya satu lagi, Pak?” Tanya penjual kue lembut.
“Apaa!!” pemilik rumah cepat menjawab biar tukang kue segera pergi.
“Emmm …. Mau beli kue ijo, Pak??”
Tentunya bukan Mas Pepeng kalau gak lucu. Tapi kalau Anda membaca tulisan ini tapi tidak tersenyum juga, saya maklum , karena…. saya bukan Mas Pepeng. Dan kalau Anda pengen tersenyum dan terinspirasi saksikaan sendiri Ketemu Pepeng Sabtu depan jam 10 malam di TV One.
Kalau Anda tidak tertarik meskipun sudah membaca tulisan ini….. ya gak papa…. Namanya juga usaha.
Cikarang Baru, 29 Januari 2011

Sabtu, 29 Januari 2011

Belajar bahasa Inggris dulu, Yuuuukk....!

Belajar tiada henti! Itulah seharusnya yangmenjadi semangat kita untuk memperbaiki diri.
Kemarin kita serius ngomongin rokok, yuk sekarang kita rehat dulu dengan belajar bahasa Inggris gaya anak-anak kita......

Check it out:
Okey....
Remember these vocabularies.
Nice to meet you. See you next week.

Jumat, 28 Januari 2011

Ngorok : Belajar dari Tragedi KM Laut Teduh

Kali ini saya mau ngajak lagi pembaca sekalian ngonbrolin rokok, disingkat NGOROK. Bukan NGROKOK seperti pada dua tulisan terdahulu. Karena saya gak mau pembaca salah tafsir. Dikira saya justru mengajak orang untuk merokok.

Tapi kalau saya ganti dengan nama NGOROK, bukan berarti mengajak untuk tidur. Tapi justru membangunkan pembaca sekalian dari tidur. Tidak tidur apalagi –maaf- sambil ngorok menghadapi rokok yang sudah menjadi bom waktu di  sekitar kita. O ya, kalau bicara rokok, di dalamnya adalah rantai industrial rokok. Mulai pabrik, pedagang, distribusi sampai iklan-iklannya.

Ayo bangun...... Jam 3 pagi....
Ya, tadi pagi jam tigaan dini hari, ada kebakaran kapal KM. Laut Teduh di Selat Sunda. Kapal ini dari Merak menuju Bakauheni, Lampung. Menyedihkan, korban meninggal sampai tulisan ini ditulis, menurut berita TV di belakang saya mengetik ini, sudah ada 7 orang. Belum lagi korban luka-luka bakar yang sangat serius yang saat ini sedang dirawat di RS Krakatau Steel Cilegon.

Awalnya api berasal dari bus yang terbakar. Sebabnya diduga oleh puntung rokok.  Kebakaran dahsyat di Selat Sunda ini sebentar lagi bakal menenggelamkan kapal laut ini yang kini sudah miring ke kanan. Lalu juga 6 tronton, 9 truk, 2 bus, 38 sedan, 8 pick up, 26 colt diesel, dan 4 motor yang sedang menyeberang menumpang kapal ini, yang pasti juga bakal menjadi rongsokan di dasar laut sebentar lagi. Belum lagi korban meninggal karena terbakar, korban tenggelam karena tak dapat berenang, dan yang sekarang masih dirawat di rumah sakit.

Wow, rokok tak hanya membawa 4000 racun yang memberikan oleh-oleh kanker dalam tubuh perokok dan orang disekitarnya, tapi juga meluluh lantakkan demikian banyak harta benda dan jiwa. Tak kalah dahsyat dengan kegiatan orang-orang yang disebut sebagai teroris yang belakangan ini pemerintah gencar memeranginya.

Lalu rokok???? Kenapa pemerintah tak gencar memeranginya?? Malah terkesan diam saja? Tidakkan ini juga dahsyat akibat buruknya? Pemerintah harus bertanggung jawab dalam hal ini. Pabrik rokok juga harus dimintai pertanggungjawaban. Edukasi terhadap perokok yang seenaknya saja merokok dimana-mana, juga tanggung jawab pabrik rokok.

Tempat umum adalah tempat yang harus steril dari rokok. Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidakpedulian perokok bisa dituduh menjadi sebab. Tapi bukankan pendidikan bagi warga negara ini adalah tanggung jawab pemerintah? Bukankan pemerintah yang tak meregulasi iklan rokok juga menunjukkan ketakpedulian pemerintah, sehingga ditiru oleh warga bangsanya? Bukankan pabrik rokok yang seenaknya membuat iklan-iklan yang penuh kebohongan itu menunjukkan ketakpeduliannya? Bukankah pabrik rokok yang mengincar generasi muda sebagai pasar strategis demi menyambung kelangsungan hidup pabrik rokok sudah cukup menjadi bukti ketakpeduliannya?

So, sekarang bukan saatnya bicara cukai rokok yang tak seberapa, tenaga kerja pabrik rokok yang upahnya juga tak seberapa, petani tembakau yang dikadalin para tengkulak.

So, now it’s time to talk about bagaimana menyelamatkan generasi muda, bagaimana menekan biaya kesehatan akibat penyakit adiksi rokok, bagaimana menghindari kebakaran akibat puntung rokok, bagaimana menjadikan rakyat lebih sehat tanpa rokok, bagaimana kompetisi olahraga tetap bermutu tanpa iklan rokok. Bagaimana anak-anak dan remaja kita tak dijejali keinginan menjadi seperti bintang iklan rokok yang penuh kebohongan.

Ayo, bangun .... jangan kita ngorok terus... ayo bersama kampanyekan anti-rokok! Sebagaimana kita sering gembar-gembor berteriak anti-terorisme.

Cikarang Baru,  January 28, 2011

Rabu, 26 Januari 2011

Belajar Nulis Sepakbola

Yang gembira dan yang loyo (foto: inilah.com)
Tadinya saya gak pengen nulis. Karena saya bukan pengamat bola. 
Tapi karena gemas dengan permaian Uzbekistan maka akhirnya saya buka laptop juga pada menit ke 77 pertandingan Uzbekistan melawan Australia ini. Di bawah ini adalah catatan saya tentang jalannya pertandingan. *Halah… koyok hyo-hyo-o, Rul*

1. Menguasai tapi tak menghasilkan apa-apa.

Inilah gambaran permainan kesebelasan Uzbekistan melawan Australia pada Asian Cup Qatar 2011 pagi dini hari tadi. Hampir 70% Usbekistan menguasai bola sepanjang pertandingan. Tapi selalu berantakan ketika mendekati kotak penalty. Karena hampir mereka tak pernah mendapatkan posisi enak untuk menembak bola ke gawang Australia.


2. Hard work melawan smart work. 

Sebaliknya Auatralia, meskipun sering diserang selalu berhasil mengakhirinya. Selain dengan mengunci kotak penality dengan 7-8 pemain, sering mereka berhasil mengubahnya menjadi serangan balik yang menghawatirkan dan bahkan menghasilkan gol. Seakan hard worknya Uzbekistan, kalah telak dengan smart worknya Australia.  Bayangkan pengusaan bola yang Cuma 37% justru menghasilkan 6 gol. Dan pemain Australia pada serangan baliknya seperti tanpa pengawalan berarti untuk lari kencang menuju gawang Uzbekistan. Tak ada penghalang untuk berhadap-hadapan dengan kiper Uzbekistan. Sangat berbeda dengan Uzbekistan yang cantik mengutak-utik bola, oper sana oper sini di setengah lapangan, tapi selalu belibet ketika mendekati kotak penalty lawan.

3. Tak cepat belajar dari pengalaman.

Dari gol ke gol selalu terjadi demikian. Serangan balik pemain Australia yang terjadi, tanpa penjagaan ketat. Pemain Uzbekistan seperti berdiri dimana saja mereka mau. Bukan menjaga pemain lawan. Sampai 6 gol semua terjadi secara demikian. Saksikan ketika Uzbekistan menyerbu daerah Australia. Sepertinya sulit melihat pemain Uzbekistan yang berdiri bebas. Sepertinya sulit sekali pembawa bola memberi umpan kepada siapa. Semua terjaga sedemikian ketat. Lalu ketika bola nyangkut di kaki si Aussie, bola ditendang jauh ke depan, dan selalu ada 2-3 orang yang siap menerima dan membawanya lari kencang menuju gawang Uzbekistan, sehingga pemain Uzbekistan lari pontang panting mengejarnya. Dan gagal. Dan terjadinya gol bertubi-tubi, selalu dengan cara demikian.

4. Kebanyakan tak lagi nikmat.


Makan kalau kebanyakan tak lagi nikmat. Demikian juga dengan gol. Meskipun gembira, gol ke-4, 5, 6 tak begitu disanbut dengan selebrasi yang berlebihan. Jalannya sudah terlalu mudah, sehingga kegembiraanpun tak pelu lagi berlebihan. Saya yang nonton aja juga demikian. Gejala bakal gol tampak nyata.

5. Tenang tak menghanyutkan


Yang menyebalkan, ketika menguasai bola, Uzbekistan tampak tenang bagai pemenang. Oper sana oper sini. Tapi tak jelas focus nya mau kemana. Atau mereka mungkin mau memancing pemain Australia yang defensive untuk keluar. Namun pancingan ini selalu gagal. Dan ini terulang-ulang terus. Tak ada perubahan permainan. Seperti tak ada plan B.

6. Mengurangi kecepatan

Ketika mendapatlkan bola bagus pun dan relative lebih tak terjaga, pemain Uzbekistan lari kencang. Tapi ditengah jalan selalu menghentikan bolanya, yang otomatis mengurangi laju larinya sehingga memberi  kesempatan pemain Australia untuk kembali berkumpul di daerah pertahanannya.

Sungguh menyebalkan nonton pertandingan yang seharusnya berimbang namun hasilnya njomplang seperti ini. Rupanya teknik saja tak cukup. Tapi diperlukan juga strategi yang jitu.

Halah… Saya kayak pengamat bola aja. Padahal cuma menumpahkan kekesalan saja. Kenapa yang menguasai lapangan bisa kalah telak begini.

Semoga gak ada yang baca analisa gak bermutu ini.

Cikarang Baru, 26 Januari 2011. 

Selasa, 25 Januari 2011

Demokrasi dan Demonstrasi

Demokrasi. Makhluk apa sih ini? Sejak 1998 makhluk ini seperti merajalela di negri kita. Dan rakyatnya menyambutnya gegap gempita. Seakan dia adalah makhluk sempurna yang akan menyelamatkan negeri ini. Kedatangannya sangat dielu-elukan, bagai satria piningit. Hidup terimpit demokrasi semu selama 53 tahun, seakan kini bagai menemukan anak yang telah lama hilang.

Tapi benarkah kita siap berdemokrasi?
Bukan hanya siap berdemonstrasi?
Kita paham bahwa demokrasi menghargai setiap suara bernilai sama. Suara professor sama dengan suara si bodoh. Suara ulama sama nilainya dengan suara liberalis dan atheis. Suara seorang ayah sama saja nilainya dengan suara anak remajanya. Suara seorang ibu, dianggap sama nilainya dengan suara seorang remaja durhaka. Suara si jujur sama saja derajatnya dengan suara koruptor. Suara penegak hukum sama dengan suara mafia hukum. One man one vote. Lalu kelompok yang terbanyak suaranya dialah yang menang. Yang kurang suaranya dialah pecundang.

Lalu Pilkada dimana-mana sepanjang tahun tak kenal henti. Selesai di sini berlanjut di sana. Di sana usai, diselenggarakan lagi di sono. Di sono beres, kembali lagi ke sebelah sanaan lagi. Terus-terus-terus. Lalu akhirnya kembali diselenggarakan lagi di sini. Dana APBN yang segitu-gitunya digerogoti untuk penyelenggaraan berbagai pesta ini. Belum lagi dana dari kantong kandidat yang entah dari mana datangnya. Tiba-tiba saja para kandidat menjadi seorang kaya raya yang baik hati kepada calon rakyatnya.

Maka ..... pengalaman berpesta demokrasi, ternyata tak menjadikan kita paham dengan makhluk satu ini. Yang banyak itulah yang menang. Yang kurang banyak itu bagaimanapun harus mengaku sebagai yang kalah. Untuk menyelengraan ini ada wasit KPU dan KPUD, ada pengawas Bawaslu, dan Bawasda.

demo setelah pilkada Depok 
Tapi, setiap usai pesta demokrasi. Sering terjadi demonstrasi. Seakan demonstrasi adalah saudara kembarnya si demokrasi. Anehnya selalu kelompok yang kalah mengaku dicurangi, sehingga harus berdemonstrasi. Keberadaan Bawasda dan KPUD bagai bukan siapa-siapa. Jika demikian, benarkah kita telah mengenal demokrasi? Atau demokrasi bisa didefinisikan dengan demonstrasi? Atau jangan-jangan kita salah memilih anak emas yang bernama demokrasi itu?

Menyaksikan sepakbola piala Asia di Qatar melalui layar kaca, ada pertandingan yang indah dan menarik. Ada pertandingan keras dan kasar. Tapi ada persamaan di antara keduanya. Apapun pertandingan yang dipertontonkan, pemain dan penonton tetap patuh kepada keputusan wasit. Kemengan mutlak ditentukan oleh wasit.

Usai pertandingan semua damai pulang ke rumah masing-masing. Kalau ada yang tak puas, cukup dipendam dalam hati. Boleh dilontarkan tapi tak perlu didemonstrasikan untuk minta pertandingan ulang, apalagi harus diputuskan oleh pengadilan.

Kalau pilkada bisa seperti ini. Tentu indah nian demokrasi. Usai memilih di kotak suara, selesailah kewajiban rakyat. Bola ada di tangan panitia pemilih, saksi-saksi, KPUD dan seterusnya. Rakyat tinggal menunggu hasilnya. Apapun!

Oh, indah nian demokrasi.
Tapi itu sayangnya tak ada di negeri ini.

Cikarang Baru, 25 Januari 2011  

Selasa, 18 Januari 2011

Yuk, Membangun Bukit!

Jangan buang uang Anda
“Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” 
Demikian kata pepatah. Ini biasanya dipakai untuk menyemangati anak-anak untuk menabung. Dari sedikit asal rutin dilakukan, pada saatnya akan menjadi banyak dan sangat bernilai.

Ketekunan. Kesabaran. Itulah maknanya. Menyampaikan kebaikan juga demikian. Harus secara sabar dan tekun disampaikan. Tidak bisa semudah seperti membalik tangan. Tapi ketika saatnya tiba dan apa yang kita inginkan tercapai, maka kebahagiaanlah yang kita rasakan.

Ketika memutuskan mau menjalankan ibadah haji, kami –saya dan istri- juga melakukan hal ini. Menabung. Sedikit-sedikit lama-lama terkumpul ongkos naik haji. Asal rutin, terus menerus dan konsisten. Itulah sabar.

Pepatah diatas tak hanya untuk hal yang positif. Tapi bisa juga untuk hal yang negatif.
Makan makanan yang tidak sehat misalnya mengandung pewarna, pengawet, pengental, perisa dan lain-lain ternyata bisa menyebabkan penyakit berbahaya setelah puluhan tahun. Kadarnya sangat kecil, tapi kalau kita konsumsi rutin dan dalam waktu lama, akan menyebabkan kanker.

Demikian juga dengan rokok. Racun yang terakumulasi lama dalam tubuh kita akan menjadi bukit penyakit suatu saat. .....Dan pada gilirannya bukit gundukan tanah di atas kuburan.

Ngorok -ngobrolin rokok- saya baru saja diajak berhitung oleh Bang Fuad Baradja seorang aktivis anti-rokok. Dan ini juga berhubungan dengan pepatah di atas. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Ternyata setiap hari bangsa Indonesia ini bisa menabung Rp 500 milyar per hari. Ya PER HARI saudara-saudara! Tapi sayang nabungnya bukan ke rekening bank pribadi, tapi ke rekening bank jaringan distribusi rokok sampai pemilik pabrik rokok.

Hitung-hitungannya begini:

Menurut data, Indonesia adalah konsumen rokok ke-3 terbesar di dunia. Jumlah perokoknya ada 63 juta orang. Kalau setiap hari mereka merokok rata-rata sebungkus seorang dengan harga rokok termurah Rp 8.000,- maka belanja mereka perhari adalah:

63.000.000 x Rp 8.000,- = Rp 504.000.000.000,- (dibaca: 504 milyar rupiah).

Yang mengagekat lagi adalah 70% perokok adalah orang miskin.
Jadi tabungan orang miskin ke industri rokok adalah:

70% x 63.000.000 x Rp 8.000,- = 352.800.000.000 (dibaca 352,8 milyar rupiah).

Jadi orang miskinpun bisa menabung jumlah yang besar per hari jika mereka konsisten dan sabar. Sayang sekali selama ini mereka konsisten dan sabar untuk hal yang salah.

.................
Menurut laporan, pemilik pabrik rokok besar di Indonesia termasuk orang terkaya di Indonesia.

Hmmm pantes saja mereka bisa sekaya itu. Karena mereka selama ini setiap hari konsisten dan sabar mengeruk sekian persen dari ’tabungan’ para perokok Indonesia, termasuk orang miskinnya. 

”Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” 
Bukit itu telah terjadi. Bukit itu adalah bukit kekayaan milik pengusaha rokok. Dan bukit penyakit pada konsumen setianya.

Oh.... seandainya saja mereka menabungnya dengan benar.

Cikarang Baru, 18 Januari 2011 

Jumat, 14 Januari 2011

Yuk Ngrokok (Ngobrolin Rokok) Lagi!

Kemarin topik Ngrokok (ngobrolin rokok) kita adalah pelecehan terhadap peringatan pemerintah dalam bungkus rokok. Pagi ini seperti gayung bersambut, saya menemukan tulisan di ROL tentang peringatan bahaya rokok pada kemasan rokok. Surprised! Cuma ini yang bisa saya ucapkan.

Betapa ketinggalannya pemerintah negeriku. Peringatan bahaya rokok di luar negeri sudah sedemikian beraninya. Gak cuma tiga baris tulisan panjang yang tempatnya juga gak eye catching sama sekali seperti di sini.  Peringatan di sana gak cuma tulisan tapi juga gambar yang mengerikan.

Salah satu gambar menyeramkan itu adalah deretan gigi manusia yang menguning bahkan kehitaman akibat rokok. Juga jantung manusia yang rusak akibat rokok. Gambar lainnya lagi: manusia yang sedang dirawat di rumah sakit akibat merokok.

50% dari bungkus rokok diisi dengan peringatan dan gambar bahaya rokok
Porsi kapling gambar-gambar itu 50% dari sisi depan dan belakang bungkus rokok. Dan tempatnya pung di atas brand rokok. Beberapa negara di ASEAN seperti Thailand, Singapura, Malaysia dan Brunei memperlihatkan gambar rongga mulut manusia yang rusak digerogoti tumor ganas pada kemasan rokoknya. Kapan ya Indonesia ikut-ikutan yang demikian?
Rokok yang beredar di Malaysia

Pejabatnya sih sudah OK. Seperti kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama. Beliau bilang peringatan kesehatan dalam bentuk gambar pada kemasan rokok di luar negeri sangat efektif. Katanya, menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan sebagian perokok di Brasil menyatakan peringatan gambar pada kemasan rokok membuat mereka ingin berhenti merokok. Peringatan dalam bentuk gambar lebih gamblang mendiskripsikan betapa bahayanya rokok bagi kesehatan manusia.

Sebaliknya, kata Pak Tjandra, berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2008: ternyata peringatan bahaya rokok dalam bentuk teks tidak lagi efektif. Karena perokok tidak lagi percaya pada pesan tersebut.  Hehehe... jangan-jangan malah nggak kebaca, karena tulisannya kecil banget.

Gak kebayang deh, kalau udara publik di sekitar kita 'dihiasi' dengan gambar-gambar penyakit bahaya merokok. .... Gak papa deh, bersaing sama iklan film horor Indonesia. Lagipula, masak sih kita ditakut-takutin sama pocong, gendruwo dan suster ngepet melulu. Sementara di dalam tubuh para perokok sendiri ada yang lebih menakutkan.

Kamis, 13 Januari 2011

Yuk Ngrokok! (Ngobrolin Rokok)

Ngobrolin rokok memang tak bakalan bisa berhenti.

Jika yang ngobrol sesama anti-rokok, maka masing-masing akan menceritakan pengalaman pahit dirinya saat dulu masih merokok. Atau menceritakan salah satu anggota keluarganya yang merokok. Atau tetangganya yang perokok. Yang baru saja sakit keras atau bahkan meninggal akibat kebanyakan merokok.

Jika yang ngobrol adalah perokok di satu pihak dan si anti-rokok dipihak lain, maka bakalan lebih seru lagi. Si perokok tiba-tiba berubah menjadi seorang sosialis. Mikirin para pekerja pabrik rokok, petani tembakau, dan semua pihak yang 'mendapatkan keuntungan' dari proses produksi dan penjualan rokok. Sementara si anti-rokok akan mengeluarkan semua logika tentang kebobrokan dan kemudharatan yang ditimbulkan oleh benda 7 senti yang bernama rokok ini.

Kalau ngobrolin rokok memang harus ditetapkan dulu tujuannya. Mau mencari kebenaran atau mau menang-menangan. Sering kalau sudah mentok pro dan kontranya, yang terjadi malah sama aja membenturkan logika dengan yang anti logika. Yang anti-rokok mengeluarkan berbagai data ilmiah tentang bahaya rokok dan akibat-akibatnya. Yang pro-rokok mengeluarkan berbagai alasan yang lemah dan subyektif, tapi terus dibawa kemanapun dia pergi bersama kotak rokoknya.

Yang aneh adalah pemerintah negeri ini. Pemerintah seperti macan ompong di dunia perokokan ini. Peringatannya yang sangar ditempelkan di setiap bungkus rokok. Di tayangkan di setiap iklan rokok. Di cetak di baliho iklan rokok yang berukuran raksasa. Tapi..... tidak digubris oleh para perokok. Anak muda perokok pemula juga tak peduli dengan peringatan itu. Mereka lebih terpesona dengan keperkasaan bintang iklan rokok daripada menyaksikan akibat nyata yang banyak bergelimpangan.

Keperkasaan bintang iklan rokok di TV itu juga sebenarnya adalah pelecehan produsen rokok terhadap peringatan pemerintah itu. Bayangkan ternyata bahaya rokok dalam peringatan itu justru ditutup-tutupi dengan keperkasaan dan kejantanan para perokok yang digambarkan dalam iklan-iklannya.

Peringatan pemerintah tak hanya tak digubris. Tapi bahkan dilecehkan oleh produsen rokok. Negeri ini telah jadi surganya pengusaha rokok. Coba amati lingkungan Anda. Sepertinya setiap jengkal udara publik dipenuhi dengan iklan rokok. Lengkap dengan asapnya.

Saat pilkada udara kita dipenuhi dengan gambar orang-orang yang pengen jadi pemimpin. Beberapa bulan saja, kita sudah merasa sumpek dan bosan melihatnya. Tapi iklan rokok? Sepanjang tahun! Ya, sepanjang tahun mata kita dijejali dengan janji-janji gombal keperkasaan, kejantanan, kebersamaan dan persahabatan di sepanjang jalan. Tapi belum pernah saya mendengar ada yang protes keras, bosan dan eneg dengan iklan janji palsu para produsen rokok ini. Bahkan lembaga olahraga, pendidikan, sosial, ormas justru banyak yang hidup mendompleng dan didomplengi iklan rokok ini.

Kalau ada yang konsisten menyuarakan gerakan anti rokok, itu masih sangat sedikit. Diantaranya Pak Fuad Baradja bersama LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) yang didirikannya. Dan sekeras apapun suaranya masih tenggelam diantara gemuruh hingar-bingar dan hutan belantara iklan rokok. Juga tenggelam di dalam jurang diamnya pemerintah, yang seakan sudah merasa cukup dengan menerbitkan peringatan kecil dalam persegi panjang yang dicetak dalam bungkus rokok itu.

........Ngobrolin rokok alias ngrokok memang tak habis-habisnya. Udah dulu, ah.... emangnya ada yang mau baca tulisan ini! 

Kamis, 06 Januari 2011

Matematika Tombo Kangen

Tiga hari sudah aku meninggalkan Cikarang. Kangen Ibu yang sendiri di Surabaya, Senin lalu aku meluncur ke Surabaya. Hari ini hari ke tiga. Giliran kangen sama anak-anak dan istri.

Karena aku punya murid bimbel di EMC, maka aku serahkan ke anak-anakku yang pas libur sekolah. Sambil ngajarin mereka betapa nikmatnya mengajar itu.

Mungkin karena nerveous maka anakku selalu SMS ketika ada soal yang gak bisa dimengerti.

Siang ini untuk menyapa mereka aku mampir ke warnet di Kebraon. Kubuka facebook dan kudapati anakku sedang online ketika tiba-tiba anakku menyapa lewat chatting box. Tanya-tanya kabar, melepas kangen sampai ngomongin matematika.

Berikut ini chattingan kami:


1:33pm
Ayah!!!­ ­
◄animAN5► ­ ­
kangen!!!­ ­
Apa, sayang...?
ayah gmn kbar'a???­ ­
kakie akku skit banget!!!!­ ­
Sama... ayah gak kemana-mana, karena alergi ayah kumat.
gak adha yang mijittin!­ ­
Kakinya kenapa?
habis latihan karate!­ ­
gak thu!­ ­
Kan adnan mijitnya enak.
Keram+Kseleo!­ ­
beuh!!­ ­
adnan main mlu!­ ­
Ya, disuruh mijut dong.
sekarang sja lgi main!­ ­
main apa dimana?
di Rumah Ibrahim!­ ­
sama Dani!­ ­
mbak Ahsana?
siap ngajar?
ya,­ ­
mbak ahsana lagi nonton!­ ­
muridnya tak ade!­ ­
nanti jam 2 kan ada murid.
suruh siap-siap
pelajari dulu soal-soalnya.
klas 4, 5, dan 6
iya!­ ­
tpi!­ ­
kmarin yang jam 2 pda gak dtng!­ ­
mudah2 hari ini datang.
yang dateng Ahmad and CS­ ­
murid athaya EMC club nya adnan datang gak?
lengkap!­ ­
dtng!­ ­
khana sma Satrio gak dtng!­ ­
athaya sudah ngajar 2 kls!­ ­
ayah mau nanya pertanyaan soal kelas5­ ­
Shi A mempunyai duit setengah kali si B. jika uang a 18.500, uang B ?­ ­
kalau A uangnya setengah si B, berarti uang si B berapa kali uang si A?
2 kali bukan yah ?­ ­
Ya! Jadi, berapa uang B?
37000­ ­
Betul....!
orang make kalkulator!­ ­
◄animAN10► ­ ­
Gpp yang pentingtau caranya. Sekarang: jika uang si A sepertiga uang si B. Uang si B berapa kali uang si A?
si A pnya uaang setengah kali ung nya si B. unag B 23.000. berapakah uang shi A????? ­ ­
ya udah tinggal itung setengahnya uang si B berarti setengahnya 23.000 itu berapa.
oh, berti 23.000 dibagi 2 ya yah!­ ­
11.500­ ­
Good...
matematika itu gampang.
bahasa tulisan diubah aja menjadi bahasa angka.
ok!­ ­
Coba jawab pertanyaan ayah tadi.
yang manna???­ ­
jika uang si A sepertiga uang si B. Uang si B berapa kali uang si A?
itu tdi yang nanya mbak ahsana ya yah!!!!­ ­
jdi yang jawab mbak Ahsana!!!
­ ­
hehehe­ ­
..­ ­
tadi yang jawab juga mbak ahsana?
kta mbak ahsana­ ­
iia!­ ­
kta mbak ahsana 3x uangnya A­ ­
ealaa........aaaah.....
ittu jwabannya!­ ­
kalau gitu pertanayya diganti.
dia kemarin sudah nanya Ayah.
yayyayahh!!­ ­
si A uangnya seperdelapan uang si B.
Maka uang si B berapa kali uang si A?
8 x uang si A!­ ­
athaya yag jawab!!!­ ­
Good...
khan setngah 2x sepertiga 3x seperdelapan 8x donk!!!­ ­
heheheh...­ ­
◄animAN15► ­ ­
Uang si A tiga per empat uang si B. Jika uang si A 75.000 berapa uang si B?
GPL!
Lama banget Neng....!
3. 2225.000­ ­
3.225.000­ ­
ntu yang betul yang ke dua!­ ­
SualaHHHH!
yah!!!!­ ­
Siapa tuh yang jawab?
athaya!!!!­ ­
jawabannya!­ ­
100.000­ ­
yan!!!­ ­
Pantes...!
akku btul khan!!!­ ­
Nah siapa lagi tuh yang jawab.
athaya!!!!­ ­
cranya diajarain­ ­
Gimana caranya?
75.000x4:2­ ­
:3­ ­
75.0004:3­ ­
yang kekhh;kb;ggkbh­ ­
ayah!­ ­
salah nulis!!!­ ­
yang betul!­ ­
nulis aja blebit. = 75.000 x 4/3
iyya!!!!­ ­
hkykjylgkt;f­ ­
siapa yang ngitung?
ayah bak Ahsana jail!­ ­
kroyokan ya???
athaya yang ngitung pake kalkun lator­ ­
yang mikir siapa?
mba ahsana yah hehe ­ ­
:D­ ­
ayah!­ ­
yang jjam 2 plngnya jam rapa???­ ­
Jam setengah empat.
Udah datang?
Dimas doank!!!­ ­
yah!!!!­ ­
mbak ahsana gak bergegas ngajar!­ ­
eh sekarang dah ke atas!!­ ­
Kabarnya Mbah gmana???­ ­
Ayah???­ ­
◄animAN14► ­ ­
Alhamdulillah Mbah sehat.
Senang menerima surat kalian semua.
alhamdulillah!­ ­
yah,­ ­
kpn ayah plng???­ ­
kngen!!!­ ­
◄animAN5► ­ ­
Insya Allah besok.
aminn!!!!­ ­
Udah dapat tiket.
ok!­ ­
Sabu pagi Insya Allah nyampe.
make Bis Teh Rosell??­ ­
Doakan perjalanan lancar, selamat dan penuh berkah.
amin!­ ­
dan....­ ­
Rasolia Indah.
yah pleettan dah Teh Rosella­ ­
Kasih tau mbak Ahsana. Untuk Dimas dikasih waktu setengah jam aja. Ditungguin, suruh kerjain yang mudah dulu. Setelah setengah jam Kalau gak bisa, langsung dibahas aja.
Sampai jam 2.45 deh. (empat puluh lima menit)


Ooh... di warnet sejam cukup lumayan untuk tombo kangen.