Jumat, 28 Januari 2011

Ngorok : Belajar dari Tragedi KM Laut Teduh

Kali ini saya mau ngajak lagi pembaca sekalian ngonbrolin rokok, disingkat NGOROK. Bukan NGROKOK seperti pada dua tulisan terdahulu. Karena saya gak mau pembaca salah tafsir. Dikira saya justru mengajak orang untuk merokok.

Tapi kalau saya ganti dengan nama NGOROK, bukan berarti mengajak untuk tidur. Tapi justru membangunkan pembaca sekalian dari tidur. Tidak tidur apalagi –maaf- sambil ngorok menghadapi rokok yang sudah menjadi bom waktu di  sekitar kita. O ya, kalau bicara rokok, di dalamnya adalah rantai industrial rokok. Mulai pabrik, pedagang, distribusi sampai iklan-iklannya.

Ayo bangun...... Jam 3 pagi....
Ya, tadi pagi jam tigaan dini hari, ada kebakaran kapal KM. Laut Teduh di Selat Sunda. Kapal ini dari Merak menuju Bakauheni, Lampung. Menyedihkan, korban meninggal sampai tulisan ini ditulis, menurut berita TV di belakang saya mengetik ini, sudah ada 7 orang. Belum lagi korban luka-luka bakar yang sangat serius yang saat ini sedang dirawat di RS Krakatau Steel Cilegon.

Awalnya api berasal dari bus yang terbakar. Sebabnya diduga oleh puntung rokok.  Kebakaran dahsyat di Selat Sunda ini sebentar lagi bakal menenggelamkan kapal laut ini yang kini sudah miring ke kanan. Lalu juga 6 tronton, 9 truk, 2 bus, 38 sedan, 8 pick up, 26 colt diesel, dan 4 motor yang sedang menyeberang menumpang kapal ini, yang pasti juga bakal menjadi rongsokan di dasar laut sebentar lagi. Belum lagi korban meninggal karena terbakar, korban tenggelam karena tak dapat berenang, dan yang sekarang masih dirawat di rumah sakit.

Wow, rokok tak hanya membawa 4000 racun yang memberikan oleh-oleh kanker dalam tubuh perokok dan orang disekitarnya, tapi juga meluluh lantakkan demikian banyak harta benda dan jiwa. Tak kalah dahsyat dengan kegiatan orang-orang yang disebut sebagai teroris yang belakangan ini pemerintah gencar memeranginya.

Lalu rokok???? Kenapa pemerintah tak gencar memeranginya?? Malah terkesan diam saja? Tidakkan ini juga dahsyat akibat buruknya? Pemerintah harus bertanggung jawab dalam hal ini. Pabrik rokok juga harus dimintai pertanggungjawaban. Edukasi terhadap perokok yang seenaknya saja merokok dimana-mana, juga tanggung jawab pabrik rokok.

Tempat umum adalah tempat yang harus steril dari rokok. Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidakpedulian perokok bisa dituduh menjadi sebab. Tapi bukankan pendidikan bagi warga negara ini adalah tanggung jawab pemerintah? Bukankan pemerintah yang tak meregulasi iklan rokok juga menunjukkan ketakpedulian pemerintah, sehingga ditiru oleh warga bangsanya? Bukankan pabrik rokok yang seenaknya membuat iklan-iklan yang penuh kebohongan itu menunjukkan ketakpeduliannya? Bukankah pabrik rokok yang mengincar generasi muda sebagai pasar strategis demi menyambung kelangsungan hidup pabrik rokok sudah cukup menjadi bukti ketakpeduliannya?

So, sekarang bukan saatnya bicara cukai rokok yang tak seberapa, tenaga kerja pabrik rokok yang upahnya juga tak seberapa, petani tembakau yang dikadalin para tengkulak.

So, now it’s time to talk about bagaimana menyelamatkan generasi muda, bagaimana menekan biaya kesehatan akibat penyakit adiksi rokok, bagaimana menghindari kebakaran akibat puntung rokok, bagaimana menjadikan rakyat lebih sehat tanpa rokok, bagaimana kompetisi olahraga tetap bermutu tanpa iklan rokok. Bagaimana anak-anak dan remaja kita tak dijejali keinginan menjadi seperti bintang iklan rokok yang penuh kebohongan.

Ayo, bangun .... jangan kita ngorok terus... ayo bersama kampanyekan anti-rokok! Sebagaimana kita sering gembar-gembor berteriak anti-terorisme.

Cikarang Baru,  January 28, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar