Selasa, 18 Januari 2011

Yuk, Membangun Bukit!

Jangan buang uang Anda
“Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” 
Demikian kata pepatah. Ini biasanya dipakai untuk menyemangati anak-anak untuk menabung. Dari sedikit asal rutin dilakukan, pada saatnya akan menjadi banyak dan sangat bernilai.

Ketekunan. Kesabaran. Itulah maknanya. Menyampaikan kebaikan juga demikian. Harus secara sabar dan tekun disampaikan. Tidak bisa semudah seperti membalik tangan. Tapi ketika saatnya tiba dan apa yang kita inginkan tercapai, maka kebahagiaanlah yang kita rasakan.

Ketika memutuskan mau menjalankan ibadah haji, kami –saya dan istri- juga melakukan hal ini. Menabung. Sedikit-sedikit lama-lama terkumpul ongkos naik haji. Asal rutin, terus menerus dan konsisten. Itulah sabar.

Pepatah diatas tak hanya untuk hal yang positif. Tapi bisa juga untuk hal yang negatif.
Makan makanan yang tidak sehat misalnya mengandung pewarna, pengawet, pengental, perisa dan lain-lain ternyata bisa menyebabkan penyakit berbahaya setelah puluhan tahun. Kadarnya sangat kecil, tapi kalau kita konsumsi rutin dan dalam waktu lama, akan menyebabkan kanker.

Demikian juga dengan rokok. Racun yang terakumulasi lama dalam tubuh kita akan menjadi bukit penyakit suatu saat. .....Dan pada gilirannya bukit gundukan tanah di atas kuburan.

Ngorok -ngobrolin rokok- saya baru saja diajak berhitung oleh Bang Fuad Baradja seorang aktivis anti-rokok. Dan ini juga berhubungan dengan pepatah di atas. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Ternyata setiap hari bangsa Indonesia ini bisa menabung Rp 500 milyar per hari. Ya PER HARI saudara-saudara! Tapi sayang nabungnya bukan ke rekening bank pribadi, tapi ke rekening bank jaringan distribusi rokok sampai pemilik pabrik rokok.

Hitung-hitungannya begini:

Menurut data, Indonesia adalah konsumen rokok ke-3 terbesar di dunia. Jumlah perokoknya ada 63 juta orang. Kalau setiap hari mereka merokok rata-rata sebungkus seorang dengan harga rokok termurah Rp 8.000,- maka belanja mereka perhari adalah:

63.000.000 x Rp 8.000,- = Rp 504.000.000.000,- (dibaca: 504 milyar rupiah).

Yang mengagekat lagi adalah 70% perokok adalah orang miskin.
Jadi tabungan orang miskin ke industri rokok adalah:

70% x 63.000.000 x Rp 8.000,- = 352.800.000.000 (dibaca 352,8 milyar rupiah).

Jadi orang miskinpun bisa menabung jumlah yang besar per hari jika mereka konsisten dan sabar. Sayang sekali selama ini mereka konsisten dan sabar untuk hal yang salah.

.................
Menurut laporan, pemilik pabrik rokok besar di Indonesia termasuk orang terkaya di Indonesia.

Hmmm pantes saja mereka bisa sekaya itu. Karena mereka selama ini setiap hari konsisten dan sabar mengeruk sekian persen dari ’tabungan’ para perokok Indonesia, termasuk orang miskinnya. 

”Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” 
Bukit itu telah terjadi. Bukit itu adalah bukit kekayaan milik pengusaha rokok. Dan bukit penyakit pada konsumen setianya.

Oh.... seandainya saja mereka menabungnya dengan benar.

Cikarang Baru, 18 Januari 2011 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar