Jumat, 09 Desember 2011

Ini Hari ANTI-KORUPSI, Bung!

Inilah yang seakan-akan diteriakkan oleh para mahasiswa dan LSM di berbagai daerah di Indonesia. Orang yang gak pernah menghitung hari jadi terhenyak. Oh iya, ta? Seperti saya ini. Baru ngeh kalau hari ini hari antikorupsi.

Awal bulan ini di TV digembar-gemborkan sebagai hari AIDS. Kini hari antikorupsi. Apa tujuan hari-hari ini. Tentu tujuannya sebagai warning. Hari antikorupsi tujuannya adalah warning kepada semua koruptor, calon koruptor dan bakal calon koruptor agar berhati-hari dalam korupsi biargak ketangkep.... eh.. salah. Agar tidak lagi melanjutkan kegiatan, niat dan cita-citanya. Yang sudah terlanjur, kembalikan uangnya, dan menyerahkan diri ke KPK dengan sukarela.

Saya membayangkan mestinya hari antikorupsi ini diperingati dengan pernyataan tegas pemimpin negeri ini. Misalnya hukuman mati bagi koruptor, potong leher atau minimal potong tangan. Gak perlu takut ngomong begini, toh prosesnya akan panjang --belum lagi prosesnya bisa dimakelari hehehe...-- kalau ada yang jadi markus nanti hukumannya bisa sekaligus tiga-tiganya. Plus bonus 1: potong kemaluannya.

Ternyata yang teriak lantang malah mahasiswa dan LSM. Saya sih senang aja mendengar teriakan idealis mereka. Tapi masih ada kekhawatiran juga, emangnya mereka terus-terusan jadi mahasiswa dan aktifis LSM. Bukankah yang sekarang mereka teriaki dulunya juga pernah jadi aktivis mahasiswa dan LSM? Makanya seharusnya teriakannya serentak seluruh rakyat Indonesia. Sehingga koruptor, calon koruptor dan bakal calon koruptor merasakan bahwa tiada lagi tempat bagi mereka di seluruh jengkal tanah di Indonesia ini. (kalau masih mau selamat loncat aja ke Singapore).

Seorang anggota jamaah fesbukiyah malah sinis mengatakan "hari antikorupsi adalah hari liburnya para koruptor. Jadi sehari ini mereka tidak korupsi dulu.... besok korupsi lagi..."  Duh sedemikian apatisnya temen jamaah fesbukiyah ini. Mudah-mudahan ini belum bisa jadi cermin apatisme rakyat Indonesia dalam pemberangusan koruptor dari muka bumi Indonesia. Apalagi dengan terpilihnya komandan baru KPK pak Abraham Samad, yang kabarnya bakal galak itu.

Oke, kita tunggu saja... semoga gaung hari antikorupsi yang cuma sehari ini bisa mewarnai seluruh hari-hari dalam setahun kehidupan kita.

Kamis, 01 Desember 2011

Imam Vs Sopir Angkot

Wah apa lagi nih? Sopir angkot berantem dengan imam masjid? Gak, lah....
Mereka hubungannya masih baik-baik saja, kok. Lalu apa, dong....
Begini ceritanya:

Kalau Anda sering shalat berjamaah di masjid, pasti sering mendengar aba-aba Imam sebelum shalat dimulai. "Shafuu, shufufakum." Rapat dan luruskan shaf. Demikian kurang lebih maknanya. Shaf adalah barisan dalam shalat berjamaah. Ada Imam yang mengatakan demikian, lalu segera melakukan takbiratul ikhram. Artinya sang Imam hanya basa-basi memerintah jamaahnya untuk merapikan shaf. Tak perduli perintahnya dilaksanakan atau tidak, sang Imampun langsung takbir.

Kalau Anda pernah jadi imam dan memberikan aba-aba yang sama, tapi lebih serius, maka Anda akan menyaksikan betapa banyak jamaah yang tak peduli dengan aba-aba ini. Hanya beberapa orang yang bergerak merapatkan barisan. Sebagian besar cuek-cuek saja. Meskipun imam mengatakan bahwa rapat dan lurusnya barisan adalah salah satu keutamaan dalam shalat berjamaah.

Saya -sesekali menjadi imam- juga mengalami hal ini. Dicuekin makmum.

Kadang-kadang saya berfikir, barangkali perlu ketegasan. Misalnya, jika jamaah cuek, shalat tak dimulai. Jamaah harus rapih dulu, baru shalat dimulai. Tapi saya masih belum berani melawan 'arus'. Karena banyak juga imam-imam lain yang cuek aja. Aba-abanya digubris atau tidak, langsung tancap takbiratul ikhram. Bahkan banyak juga yang tanpa memberi peringatan ini. Bahkan ada juga yang tak peduli barisan sudah siap atau belum.

Bandingkan dengan ketika naik angkot. Sopir bilang "empat enam-empat enam". Maksudnya empat penumpang di kiri dan enam penumpang di kanan. Maka penumpang menurut saja. Karena kalau tidak mau, angkot gak bakalan berangkat.

Ketika naik angkot jurusan Cikarang - Bekasi, saya menyaksikan betapa penumpang patuh diatur duduknya oleh kenek -sang wakil sopir angkot. Rapet sekali, bahkan empet-empetan. Kalau ada penumpang yang tak mau empet-empetan duduknya, berarti angkot gak bakalan berangkat. Atau dia harus bayar dua kursi. Total penumpang harus 27 orang, kalau tidak gak bakalan berangkat.

Aneh, semua penumpang nurut. Padahal mereka duduk empet-empetan itu gak gratis. Mereka bayar, tapi mau saja diatur-atur. Sementara di masjid, kita shalat gratis, diatur-atur gak mau. Padahal kata Rasulullah, kalau shaf tidak rapat bisa diisi oleh syetan yang akan mengganggu kekhusyukan sholat. Atau kalau shaf terputus, maka sebagian jamaah yang terputus itu tak mendapatkan pahala shalat berjamaah.

Jadi ternyata kita lebih patuh kepada sopir angkot -bahkan kepada keneknya- daripada kepada Imam masjid.

Apa perlu shalat harus bayar, dan Imam tidak akan memulai shalat kalau shaf belum rapat dan lurus?

Kalau Anda tersinggung dengan ide ini, maka setelah membaca tulisan ini: Ikuti instruksi imam masjid. Rapatkan dan luruskan shaf shalat Anda saat melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

Cikarang Baru, 30 November 2011

Rabu, 30 November 2011

Youtube Vs Polisi

Anda mengalami masalah kriminalitas. Atau menyaksikan tindakan kriminalitas? Laporkan ke Youtube!
Prosedurnya mudah, tidak perlu keluar rumah, tak perlu isi formulir, tak perlu dicurigai, tak perlu diinterogasi, tak perlu dibuatkan berita acara, tak perlu tanda tangan. Asal ada koneksi internet, cukup bikin akun Youtube. Maka setiap saat kita bisa memanfaatkannya. Tentu saja Anda harus punya materi untuk di upload ke Youtube. Ada rekaman digital.

Polisi terus kerjanya apa, dong?

Ya, polisi tinggal kebakaran jenggot aja –kalau emang punya jenggot, kebanyakan sih polisi klimis-klimis, jadi gak bakalan kebakaran jenggot. Adanya paling kumis, yang bisa menegakkan bulu roma rakyat. Alias menakutkan. Oke,... kebakaran apa kek, yang penting setelah rame di publikasikan, maka polisi jadi kerja, menindaklanjuti keresahan rakyat. Tapi kalau tidak ada aduan, apakah polisi akan bekerja? Seharusnya sih tidak. Tapi apakah aduan secara massal melalui Youtube, lalu diberitakan oleh koran, TV, media online, tidak lebih dari cukup sebagai aduan yang harus ditindaklanjuti.

Mestinya memang demikian. Tapi kenyataan memang sering berbeda dengan harapan. Setidaknya di negara ini.

Di lingkungan rumah ada spanduk yang dikeluarkan instansi kepolisian. Bunyinya, “Awas Pencuri Ranmor Ada di Sekitar Anda. Waspadalah!” Membaca spanduk ini, saya tersenyum kecut. Lha, kalau polisi sudah tau ada pencuri, ya tangkap dong. Masak Cuma nyuruh kita waspada doang. Kalau kecolongan, meskipun sudah waspada gimana, dong?
(“Ya, lapor dong, biar dapat surat untuk dipakai lapor ke leasing! Biar bisa dapat ganti motor baru.”)

Lapor ke polisi memang –kebanyakan- hasilnya tak lebih dari selembar berita acara doangan. Jadi teringat saat saya kecopetan di bis antar kota antar propinsi dalam perjalanan Yogya – Jakarta. Saya sadar telah kecopetan ketika habis istirahat makan di Subang. Melihat saya bokek, teman duduk saya, mahasiswa Jepang yang sedang kuliah di UGM, kasih uang saya untuk pegangan.

Selain uang, di dompet juga ada kartu ATM, SIM, kartu Jamsostek dll.  Sampai di Cikarang, saya harus blokir semua kartu ATM. Dan melapor ke Polsek. Tujuannya agar saya bisa menjadapatkan berita acara, dan saya bisa mendapatkan ATM baru dari bank.

Ke kantor polisi saya ajak anak saya yang waktu itu masih SD. Dalam perjalanan pulang dia bertanya, “Ayah, emangnya kalau lapor polisi, dompet ayah bisa kembali?” Saya lupa jawaban saya persisnya kayak apa. Tapi saya ingat waktu itu saya jawab dengan jawaban positif demi mengajarkan anak saya agar tidak membenci polisi di usia terlalu dini.

Meskipun dompet itu tak bakalan kembali. Meskipun jawaban itu berarti saya bohong kepada anak saya.

Beberapa bulan yang lalu rumah adik saya disatroni maling. Kerugian material lebih dari 40 juta. Lagi-lagi melapor polisi ternyata cuma untuk dapat selembar berita acara doang. Sampai kini tak ada kabar berita lagi. Menyisir sidik jari dan menangkap penjahat  cuma ada di film. Setelah itu adik saya trauma dan mengganti semua kunci rumah, dan memberi teralis pada setiap lubang menganga menuju masuk rumahnya.

Mundur jauh ke belakang, saya pernah mengalami penipuan. Ketika sadar, saya langsung melapor ke polsek terdekat. Walhasil setiap pekan pada beberapa pekan kemudian saya harus mampir ke polsek tersebut untuk mengetahui perkembangannya. Dan setiap pekan itu pula saya harus mengeluarkan uang operasional bagi ‘penyidik’. Sampai akhirnya saya capek. Dan tak ada lagi kabar beritanya. Masalahpun saya lupakan dan ikhlaskan. Meskipun sampai sekarang tak pernah lupa dan tak pernah ikhlas.

Kini zaman lebih modern, ada rumah pake CCTV, ada hape untuk merekam kejadian. Lalu ada Youtube untuk menyebar informasi. Sementara polisi belum berubah cara kerjanya. Padahal teknologi informasi semakin pesat kemajuannya. Maka polisi jadi semakin tampak tertinggal profesionalismenya. Maka tak aneh, jika pemilik rumah yang disatroni pencuri necis, yang memiliki rekaman CCTV tak mau lagi melapor ke polisi. Karena "melapor" ke Youtube lebih efektif.

Kita juga akan melakukan hal yang sama. Kecuali kalau kita hanya butuh selembar “Berita Acara”.    

Senin, 28 November 2011

Dilema Kemarau


Musim kemarau agaknya masih panjang. Hujan yang turun sejak awal bulan ini, ternyata hanya sesekali. Yang banyak adalah panas kemarau yang terik di berbagai belahan daerah di Indonesia. Kalau sudah panas menyengat, banyak berita sawah kekeringan, dan ternak kekurangan air minum. Gambar tanah retak banyak menghiasi koran, majalh dan TV.

Lalu teringat Rasulullah mengajarkan kita melaksanakan istisqo'. Sholat minta hujan. Umat Islam berbondong-bondong ke lapangan melaksanakan shalat sunnah dan berdoa agar Allah segera menurunkan hujan.

Kalau sedang musim kemarau begini memang panas terik serasa siksaan. Maka guyuran hujan menjadi rahmat yang dinanti-nantikan. Maka shalat istisqo menjadi andalan. Dan di beberapa daerah, terlihat mulai turun hujan.

Hujan adalah rahmat. Hujan adalah kebaikan. Ini yang banyak kita baca di Al Quran. Hujan akan menghidupkan bumi yang mati. Tanah yang tandus. Hasil pertanian yang kerontang.

Tapi di negeri ini, Indonesia, sebagian kita ragu mengakui hujan adalah rahmat. Karena saat musim hujan justru banyak penduduk yang rumahnya terendam air. Lalu mereka mengungsi ke tempat tinggi. Di tenda, di sekolah, di masjid. Dengan fasilitas yang tak juga membaik dari tahun ke tahun. Meskipun banjir sudah jadi langganan. Maka setelah banjir ada saja korbannya. Kerusakan bangunan, penyakit, bahkan jiwa.

Maka di saat kemarau seperti ini. Doa kita sering tak tulus dimohonkan kepada Allah. Meskipun di satu sisi kita rindu dengan guyuran hujan. Di sisi lain, kita takut kebanjiran. Maka doapun tak dilantunkan dengan lepas. Maka Allahpun memperpanjang kemarau di negeri ini.

Inikah dilema doa di Indonesia?
Inikah namanya keberkahan yang mulai dicabut?
Kenapa?

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami (Allah) akan membukakan keberkahan dari langit dan bumi." (Al A'raf : 96)

Jumpa Lagi...!

Wah, lama juga ya saya gak menulis di blog ini. Padahal menulis itu mengasyikkan.
Ada beberapa sebab saya lama absen menulis.
1. Laptop rusak. Tadinya cuma rusak LCD monitornya. Tapi yang ini masih bisa diakali dengan menggunakan PC monitor. Maklum kalau diservis biayanya mahal. Alias gak ada anggaran untuk perbaikannya.

Setelah itu rusak sistemnya jadi harus diinstal ulang. Sudah dibawa untuk intall ulang dan nginep lebih dari seminggu... eh ketika saya jemput, dia bilang, "gak bisa, Pak karena monitornya gak bisa nyala." Waduh, mati aku, rupanya selama ini dia gak paham. Waktu kuserahkan laptopku, saya sudah bilang kalau monitornya mati dan bisa pake PC monitor dengan kabel. Wal hasil, kutarik aja laptopku itu. Kesel.

2. Banyak kejadian menarik untuk ditulis. Lho mestinya tulisanku makin banyak, dong ... Iya sih, tapi ada kejadian yang lebih menarik. Yaitu masalah keluarga yang tak mungkin kutulis dan di-share di blog. Walhasil aku jadinya gak punya waktu untuk menulis. Jadi kalau kalau Anda melihat dan membaca tulisan ini, bukan berarti masalah saya sudah beres. Tapi karena ada 3 alasan. Yaitu, pertama, saya lagi bete menghadapi masalah di "dalam negeri". Kedua, karena saya sudah dapat pinjaman laptop. Ketiga karena saya pengen ngetes, apakah saya masih ingat atau tidak password saya untuk masuk ke blog ini.

3. Malas. Ini alasan yang paling tidak menarik sebenarnya. Malas adalah adalah akar dari semua terbengkalainya pekerjaan. Tapi ini saya perlu tulis. Karena malas ini berhubungan dengan zaman kini. Sejak ada laptop atau komputer saya memang jadi malas menulis di atas kertas. Kalau dipaksakan, tulisan saya akan berangsur-berangsur berubah. Dari rapih dan jelas, karena ditulis dengan huruf cetak. Lama-lama (atau tidak terlalu lama) Anda akan melihat tulisan saya berubah jadi gambar "cakar ayam". Yang hanya pantas jika itu dilakukan oleh dokter. Itupun khusus untuk menulis resep obat. Bukan kwitansi.

4. Tak ada waktu. Ini juga alasan yang mengada-ada sebenarnya. Kalau dipikir-pikir semua orang punya jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam per hari. Mana ada, seorang yang super sibuk bisa melakukan banyak kegiatan dalam sehari. Sementara saya yang "superbusa" (capek ngomong doang), merasa gak punya cukup waktu untuk menulis barang selembar dua lembar. Bahkan menulis yang ecek-ecek seperti tulisan yang sedang Anda baca ini. Mana mungkin....??? Jadi intinya pasti karena malas. ... (Wah, ini jadi masuk ke alasan ketiga dong...). Entahlah, yang jelas, selama ini saya merasa 24 jam per hari itu kurang... Atau jangan-jangan saya harus mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang produktif 'kali ya.... seperti.... (lihat alasan ke 5)

5. Terlalu banyak nonton obrolan politik. Ya... ini benar-benar sering menyita waktuku. Seperti jam-jam segini (jam 10-11 siang, saat nulis tulisan ecek-ecek ini) biasanya saya sedang nonton obrolan di 2 stasiun TV sekaligus. Sering obrolan ini bikin kesel, apalagi kalau narasumbernya tidak menunjukkan intelektualasnya, tapi hanya menonjolkan syahwat politiknya. Tapi meskipun ngeselin, kok ya bisa-bisanya saya terpancang kaku di depan TV jam-jam segini.  Kalau bosen nonton TV, lalu aku melakukan .... (alasan ke-6).

6. Fesbukan. Jama'ah ini memang paling banyak pengikutnya. Lebih berbahaya sebenarnya daripada jama'ah-jama'ah yang sering dituduh sebagai teroris. Bayangkan gara-gara fesbukan, para anggotanya -jama'ah fesbukiyah-  banyak menyia-nyiakan waktu produktifnya. Yang kasihan para majikannya. Karyawan tidak produktif gara-gara sibuk update status dan komen status teman. Orang tua juga jadi nomor sekian di rumahnya. Anak-anak lebih suka curhat ke wall daripada kepada orang tuanya. Udah gitu, anak-anak lebih suka baca komen teman-temannya daripada komen orang tuanya yang penuh nasihat. Alasannya komen ortu gak gaul banget.

Contoh:
Status anak: sebel, pacar selingkuh!
Komen teman1: cari aja pacar lain....
Komen teman2: emang cuma dia doang yang bisa selingkuh!
Komen teman3: pecat aja, cari gantinya.
Komen ortu: Makanya jangan pacaran, pacaran dilarang agama.

Komen teman1, 2, 3 di like.
Komen ortu di remove!

(Lho, kok jadi ngomongin fesbuk orang, ya....)

7. Alasan ke 7, apa ya..... Udah ah... gak usah dicari-cari. Toh, saya sudah nulis lagi. Yang namanya alasan pasti jumlahnya lebih banyak daripada jumlah yang sebenarnya. Jadi kalau di atas saya sudah nulis 6 alasan, sebenarnya sih gak sebanyak itu. ....Lho, lalu kenapa alasan-alasan itu saya tulis? Biar saya ada bahan aja untuk menulis lagi di blog ini.


Jumpa lagi, nice to see you again! 

Kamis, 18 Agustus 2011

MENTAL PENGEMIS

“Pak, minta, Pak….” Kata seorang pengemis.
”Kamu belum makan ya.” jawab orang yang diminta.
”Nih, 10.000,-” yang diminta menyodorkan uang sepuluh ribuan.
Pengemis menerima, lalu ....
”Ini Pak, kembaliannya 8.000.-.” kata pengemis sambil memberikan kembalian.
”Lho, kok pake kembalian?”
”Iya, saya Cuma butuh dua ribu untuk beli pulsa...”

Ini kurang lebih dialog yang terjadi pada iklan sebuah operator selluler di radio. Mendengar iklan ini saya nyopir ”angkot” saya sambil senyam senyum.

Ini mah PENGEMIS BANGET. Entah si penulis skrip iklan yang gak teliti atau itu memang sengaja mengupas mental pengemis. Gak butuh duit tapi tetap minta-minta. Cuma butuh dua ribu untuk beli pulsa tetap minta orang, padahal dia punya kembalian delapan ribu. Kalau dia pakai kan masih sisa enam ribu.

Mental pengemis ini memang menyedihkan. Dia mau uang banyak tapi malas bekerja. Dia sudah punya uang tapi masih terus meminta-minta.

Tapi kalau dipikir-pikir mental pengemis ini juga sudah mulai melanda banyak orang. Bahkan para pejabat –baik swasta maupun pemerintah. Gajinya sudah gede, tunjangan jabatannya sudah gede. Bahkan untuk pejabat publik seperti Bupati, Walikota, Gubernur sampai Presiden dan Menteri-Menterinya, tunjangannya bejibun. Ibaratnya recehan untuk ke toilet umum aja ada tunjangannya.

Kayak gitu masih juga minta-minta.

Jadi teringat seorang pejabat bea cukai di hanggar sebuah perusahaan tempat saya dulu pernah mampir ’hidup’. Dia minta uang pulsa untuk dia dan anak-anaknya. Wow.... sama persis dengan iklan di atas. Tapi mintanya sampai seratus ribu. Bedanya Cuma jumlahnya, tapi mentalnya sama. Sudah banyak dapat dari mana-mana, beli pulsa aja minta.

Pejabat koruptor juga begitu, minta disuapin terus, padahal uang di rekeningnya yang milyaran gak bakalan habis dipakai. Tapi masih minta-minta terus.

Hendaknya para koruptor mencermati sabda Rasulullah tentang peminta-minta ini. Kita juga ding, biar gak sampai bermental koruptor –eh pengemis:

“Sesungguhnya meminta-minta itu sama dengan luka-luka yang dengan meminta-minta itu berarti seseorang melukai mukanya sendiri. Oleh karena itu, siapa mau silakan menetapkan luka itu pada mukanya, dan siapa mau silakan meninggalkan, kecuali meminta kepada sultan atau meminta untuk suatu urusan yang tidak didapat dengan jalan lain.” (HR Abu Daud dan Nasai)

Islam lebih mengajarkan bekerja daripada meminta-minta. Kata Rasulullah, “Seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak.” (Mutafaq’alaih)


Bahkan bagi yang masih mampu atau memiliki kekuatan untuk bekerja Rasulullah mengharamkan sedekah baginya.  “Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna.”(HR Tarmidzi)


Sekarang ini mengemis atau meminta-minta malah dijadikan profesi. Seorang pengemis penghasilannya lebih tinggi daripada upah minimum kabupaten. Banyak yang memiliki rumah layak di kampung halaman. Para pejabat yang juga doyan minta-minta uang tanda tangan juga demikian. Gajinya sudah lebih dari cukup. Sepuluh tahun terakhir ini PNS dimanja pemerintah dengan kenaikan gaji dan remunerasi. Anggota DPR DPRD juga demikian. Kepala Daerah, Kepala Dinas dan lain-lain juga demikian. Mereka gak puas dengan penghasilannya dan pengen lebih kaya – kaya – dan kaya lagi. (Nggak semuanya sih kayak gini).


Mungkin mereka belum pernah mendengar ucapan Rasulullah ini, ”Siapa yg meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat dan makan batu dari neraka jahanam. Oleh karena itu, siapa yg mau silakan minta sedikit dan siapa yg mau silakan minta sebanyak-banyaknya.” (HR Tarmidzi)


Jadi kalau saya kasihan sama pengemis --baik yang compang-camping di pinggir jalan, maupun yang berkemeja rapih, berdasi, baju safari di kantor-kantor—itu semata-mata kasihan kenapa mereka belum menghayati pernyataan Rasulullah ini.

Semoga saja bukan karena cuek.....
 
Cikarang Baru 12 Agustus 2011

Sabtu, 07 Mei 2011

What does Briptu Norman do?

Ini dari ruang kelas bahasa Inggris di EMC = English + Mathematics Club. Topiknya tentang profesi.


What does he do? atau What do you do? adalah cara menanyakan pekerjaan atau profesi seseorang. Semua muridku sudah tahu itu (kecuali yang agak bolot :D).

Ketika kutanyakan What does Bambang Pamungkas do? mereka bisa menjawab dengan benar. Football player! Lalu, karena Briptu Norman sedang ngetop, maka aku tanyakan What does Briptu Norman do? Ternyata dari 10 orang di kelas hanya 1 orang yang menjawab police. Yang lain menjawab singer atau dancer atau keduanya-duanya singer and dancer.

Wow... saya kaget dan geli. Ternyata meskipun dia manggung pakai seragam Brimob, anak-anak masih tak paham kalau dia sebenarnya polisi. Bukan penyanyi apalagi penari. Rupanya berita gencar di televisi telah mencuci otak anak-anak, sehingga polisi yang bernyanyi disebut sebagai penyanyi. Apalagi si Briptu pernah hampir setiap hari dalam seminggu, tiga kali dalam sehari tampil di infotainmen bersama para selebriti lainnya.

Media telah berhasil membentuk opini publik. Dalam hal ini anak-anak. Bahwa seorang polisi dari Gorontalo yang lucu dan lugu itu kini adalah seorang penyanyi dan penari papan atas bersama para artis top lainnya. Saya yakin media tidak bermaksud demikian, tapi konsumen media adalah semua golongan, semua umur dan semua lapisan masyarakat. Dan mereka mempunyai persepsi masing-masing setelah menikmati sebuah sajian media.

Karena peran strategis inilah maka media sering dijadikan alat oleh politikus, LSM, ormas dan tentu pemilik media itu untuk membentuk opini publik. Kebohongan yang disampaikan berkali-kali sebagai kebenaran akan menjadi kebenaran di kepala publik. Sebaliknya kebenaran jika disajikan berkali-kali sebagai kejahatan akan menjadi kejahatan dalam persepsi publik. Sungguh dahsyat dan ampuh senjata yang bernama media ini.

The man behind the gun. Ini menjadi sangat penting. Media sebagai fungsi kontrol, penyedia informasi yang obyektif dan akurat ataupun mengemban fungsi hiburan dan pendidikan tergantung dari siapa di balik media itu. Dan ini menjadi barang langka di wolak-walike zaman sekarang ini. Madu seharusnya obat dan minuman yang menyegarkan dan menyehatkan. Racun adalah zat yang membawa kematian. Tapi oleh media madu bisa menjadi racun. Dan racun bisa manis bak madu.

Kembali ke who is Briptu Norman? Kemarin saya telah menyalahkan jawaban murid-muridku. Saya bilang dia bukan seleb. Dia polisi. Polisi harus bekerja menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kehidupan masyarakat. Selebriti bekerja menghibur orang. Hura-hura di panggung, itu biasa. Gaul dan glamour, itu juga biasa. Sesekali terjerumus skandal. Narkoba atau selingkuh. --Meskipun ada banyak juga yang lurus-lurus saja. Setelah ngomong demikian, eh .... ternyata di internet beredar foto-foto orang mirip Briptu Norman sedang ciuman dengan perempuan. Dan ini menjadi berita heboh.

Polisi lugu dari ujung Sulawesi bagian utara ini ternyata kini telah jadi selebriti. Berita positif dan negatif tentang dia cepat menjadi headline news.

Jadi,... sejak ini saya tidak akan lagi membuat pertanyaan What does Briptu Norman do?  Kasihan kalau murid-muridku bingung mau menjawab apa. Jangankan mereka, sayapun bingung apa pekerjaan dia sekarang.

Cikarang Baru, 7 Mei 2011

Senin, 02 Mei 2011

Gaji Umar Bakri Tak Lagi Dikebiri

Masih ingat lagu Umar Bakri yang dinyanyikan Iwan Fals pada awal-awal kemunculannya, sekitar 30 tahun yang lalu? Dalam refrainnya Iwan Fals bernyanyi:

Umar Bakri... Umar Bakri
Pegawai Negeri
Tapi mengapa gaji guru  Umar Bakri
Seperti dikebiri.

Lagu ini masih menarik karena dinyanyikan dengan syair jenaka dan gaya bernyanyi khas Iwan Fals yang pas dan satiris. Pagi ini saya mendengarnya diputar di sebuah radio swasta di Bekasi..... beberapa saat kemudian saya baru ngeh ternyata hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional.

Mungkin radio memutar lagu ini karena dalam lagu ini ada Umar Bakri yang berprofesi sebagai guru. Dan tema guru cocok dengan hari ini. Tapi kalau mendengar keseluruhan syair lagu ini, tentu sudah tak sesuai lagi dengan kondidi guru sekarang. Guru sekarang sudah makmur. Terutama yang pegawai negeri. Kondisinya berubah seratus delapan puluh derajat dibandingkan 30 tahun yang lalu.

Bahkan 13 tahun yang lalu, guru swasta masih lebih baik nasibnya dari pada guru PNS. Kini kebalikannya. Gaji guru PNS sekarang bisa 2 kali lebih tinggi daripada gaji guru swasta. Belum lagi ditambah tunjangan sertifikasi guru yang terkesan menganakemaskan guru PNS daripada guru swasta. Kalau di Jakarta, ada lagi tambahan penghasilan dari pemerintah provinsi.

Melihat kenyataan ini, saya sangat mensyukurinya. Guru sudah dihargai jauh lebih baik daripada sekian puluh tahun yang lalu. Tak ada lagi guru naik sepeda kumbang kayak Umar Bakri. Itu sudah selayaknya. Dari guru kita bisa mengenal huruf, kata, kalimat dan merangkai kalimat demi kalimat menjadi cerita. Dari guru kita mengenal angka, berhitung dan mengoperasikannya menjadi nilai-nilai transaksi bisnis. Dari guru kita mengenal budi pekerti, budaya, hak dan kewajiban sehingga kita bisa bermasyarakat dengan baik di lingkungan kita. Dari guru kita dituntun menjadi orang mandiri.

Kalau dulu ada guru kaya karena memungut pungli dari orang tua murid, kini guru kaya karena hak sah yang diterimanya dari gaji, tunjangan fungsional, dan sertifikasi. Kalau masih ada yang menjual bangku, mengkomersilkan RSBI, SBI, SSN dan lain-lain, itu hanya riak ketamakan yang selayaknya disingkirkan. Guru yang mensyukuri kondisinya dengan terus menjaga diri dari penyimpangan masih banyak. Dan jangan sampai ini dikotori oleh guru tamak yang tak puas-puasnya memperkaya diri.

Di hari Pendidikan Nasional ini saya bersyukur atas nasib para guru –terutama yang PNS- zaman ini. Mereka pantas mendapatkannya. Apa yang diperoleh sekarang adalah buah dari sekian puluh tahun mereka bersakit-sakit memintarkan puluhan ribu anak didiknya, dengan hidup sederhana bahkan tak jarang berkekurangan. Kini semua sudah berubah dan patut disyukuri.

Kalau ada yang masih luput dari perhatian pemerintah adalah nasib guru swasta. Meskipun sudah ada sertifikasi bagi guru swasta, tapi itu diberikan setelah guru PNS mendapatkannya. Jadi guru swasta selalu ditempatkan pada nomor kesekian.

Selain itu, PR berikutnya adalah perhatian pemerintah pada nasib murid dari orang tua yang tak berkemampuan lebih. Kualitas sekolah yang semakin bagus, dengan guru-guru tersertifikasi ternyata memunculkan biaya-biaya yang tinggi yang sulit dipahami bagi orang tua. Para orang tua masih menganggap bahwa sekolah negeri harus lebih murah daripada sekolah swasta. Ternyata zaman telah berubah, adanya label-label SSN, RSBI, SBI telah menjadikan sekolah murah hanya ada pada zaman dulu. Guru yang bergaji baik, ternyata hanya untuk murid-murid dari orang tua-orang tua kaya.

Jadi, kini tak hanya gaji guru PNS yang lebih tinggi dari pada gaji guru swasta, uang masuk sekolah negeri pun sudah ada yang jauh lebih tinggi daripada uang masuk sekolah swasta.

+++

Membaca facebook teman-teman yang berprofesi guru, tahun ini banyak keluhan tidak cairnya tunjangan sertifikasi. Padahal tahun lalu mereka menerimanya. Dan itu hak mereka sebagai guru bersertifikasi. Meskipun mereka sudah tak miskin lagi, bahkan sudah layak dibilang kaya, saya kasihan juga membacanya.

.....Lagu Umar Bakri kembali terngiang. Tapi syairnya harus diganti:

Umar Bakri... Umar Bakri
Pegawai Negeri
Tapi mengapa uang sertifikasi Umar Bakri
Seperti dikebiri.
  
Cikarang Baru, 2 Mei 2011

Rabu, 16 Februari 2011

Hosni Mubarrak dan Joki 3 in 1


Joki 3 in 1 (source: skyscrapercity.com)
Di Jakarta ternyata masih ada 3 in 1. Maksudnya masih ada jalan-jalan yang hanya boleh dilalui mobil pribadi berpenumpang minimal 3 orang termasuk sopir, pada jam-jam tertentu. Lumayan, peraturan 3 in 1 membuka lapangan kerja informal baru yaitu para joki. Yaitu orang yang menawarkan diri menjadi orang ke 2 dan atau ke 3 jika ternyata anda melalui jalan-jalan tersebut hanya sendirian atau berdua saja. Bukan hanya informal, lapangan kerja ini bahkan juga illegal. Karena mengakali peraturan. Sehingga target peraturan yaitu untuk mengurangi kemacatena jalan-jalan di Jakarta tak kunjung tercapai. Bahkan beberapa timbul masalah baru yaitu kejahatan. Baik oleh joki kepada pemilik mobil. Ataupun oleh pemilik mobil kepada joki.

Tapi ya itu tadi program 3 in 1 masih tetap ada sampai sekarang. Dan Jakarta masih macet aja.
Profesi  joki 3 in 1 di Jakarta ini ternyata bukan satu-satunya di dunia. Di belahan dunia yang dikenal sebagai Timur Tengah juga ada joki 3 in 1. Sama-sama informal, sama-sama illegal. Sama-sama tidak menyelesaikan masalah.  Juga sama-sama beberapa kali menimbulkan masalah.

Kedua joki di Jakarta dan Timur Tengah skala kerjanya hanya sekitar perut. Meskipun demikian ada bedanya juga. Di Jakarta, joki bekerja demi perut kosong alias lapar menjadi sekedar perut kenyang. Di Timur Tengah, jokinya bekerja demi perut sendiri kenyang menjadi perut sekeluarga, kerabat dan teman-temannya kenyang. Bedanya lagi, joki di Jakarta lusuh, miskin, tak bisa kaya. Joki di Timteng tampil necis, kaya raya, tak bisa miskin, dihormati. Bahkan sangat dihormati saat bekerja menjadi joki.

Seperti apa sih joki di Timteng itu?? Mungkin Anda bertanya-tanya. Bahkan sudah muncul gairah untuk melamar jadi joki di sana??

Mungkin Anda sudah kenal namanya sebelumnya. Tapi tak tahu saja, bahwa mereka yang sudah Anda kenal namanya itu sebenarnya adalah joki. Oke…. Biar tidak penasaran saya kasih satu contoh mantan joki itu. Dia sangat dihormati saat ‘menjabat’ sebagai joki. Meskipun kini tidak lagi karena sudah pension.

Dia adalah Hosni Mubarrak. Joki nomor satu di Mesir, yang sepuluh hari yang lalu menyatakan pension dari dunia perjokian.

Lho… ?? Dia kan mantan presiden Negara Mesir yang dikenal sebagai Negara seribu menara itu?

100% correct. Rasanya tidak ada orang lain di dunia ini yang bernama sama dengan namanya. Paling tidak, itu yang ada di file nama yang saya miliki. Hehehe….

Lho…?? Emang dia kerja apa di sana?? Apakah selain jadi presiden dia merangkap sebagai joki?

100% correct.

Lho…?? Emang gak cukup gajinya sebagai presiden? Joki apa dia? Apakah di sana ada 3 in 1 juga??

100% correct. Di sana juga ada 3 in 1 seperti  yang saya tulis di atas. Bahkan semua area di Timur Tengah
adalah area 3 in 1.

Lho..?? Pasti ada yang tambah gak mudeng dengan tulisan ngelantur ini. Hehehe…. Silakan ditutup aja tulisan ini, karena memang agak ngelantur sih…. Tapi kalau mau diteruskan yang silakan aja. Tak ada paksaan Anda membaca atau tidak membaca tulisan saya ini. Saya juga tak dipaksa siapa-siapa membuat tulisan ini.

Tau gak siapa pemilik mobil yang masuk daerah 3 in 1 yang ditumpangi Mr. Joki Hosni Mubarrak? Ya, joki mahal pasti yang bayar juga orang yang lebih berduit. Joki terhormat, pasti yang nyopir juga lebih terhormat. …. Sopirnya adalah George Bush, Barrack Obama, Benyamin Netanyahu, Yitsak Rabin, Ariel Sharon, Condoliza Rice, Hillary Clinton dan teman-temannya.

Wow, pantas saja.
Para sopir terhormat itu kalau tidak menggunakan jasa joki Hosni Mubarrak gak bakalan bisa melalui jalan 3 in 1 di Timur Tengah.  Dan kini setelah sukses melaluinya joki-joki tua dibiarkan turun dari mobilnya. Toh nanti akan muncul joki-joki penggantinya.

Lho, emang apa sih 3 in 1 di Timur Tengah yang membuat para Amrik dan Zionis itu tertarik melintas di sana? Oke, biar tulisan ini gak panjang lebar dan ngelantur, 3 in 1 di sana adalah:
1. Peguasaan Minyak Bumi
2. Eksistensi negara Zionis Israel
3. Keterpurukan Negara-negara Islam

Sekali lawatan keTimteng, para sopir terhormat itu akan mendapat 3 hal ini. Alias 3 in 1. Dan agar selamat mereka perlu para joki. Salah satunya adalah Hosni Mubarrak. Dan para joki itu kini sedang digugat pemilik sah jalan-jalan di  Timur Tengah, yaitu rakyat Timur Tengah yang tak mau terpuruk lebih dalam lagi.

Cikarang Baru, 16 Februari 2011
Choirul Asyhar

Senin, 31 Januari 2011

Hore….. Ketemu Pepeng!

Sabtu siang laptopku rusak. Padahal sedang ngetik soal try out untuk murid-muridku. Sampai malam laptopku ngadat gak mau nyala layarnya. Gak ada kegiatan, kuisi ngobrol sama anak-anak. Sampai akhirnya kunyalakan TV berita. Eeh…. Ternyata ketemu Mas Pepeng.
Tadinya saya kira acara ini menampilkan Mas Pepeng sebagai bintang tamu. Saya tau Mas Pepeng adalah artis pelawak intelek. Lewat Jari-Jarinya Pepeng acara kuis melalui telepon –mungkin dulu satu-satunya kuis per telpon- menjadi sangat menarik.
Lalu Mas Pepeng sakit lama sehingga harus menjalankan aktivitasnya dari atas kasur di rumahnya. Menulis buku, menulis status di fesbuk dan twitter, menyapa teman-teman, memposting foto-foto lucu, cerita tentang kesetiaan sang istri mendampinginya dalam keadaan demikian. Tak ada keluh kesah tentang kondisinya. Kalau toh ada, disampaikannya dengan jenaka. Sehingga kalau toh kita membacanya dengan tertawa, tak terasa air matapun meleleh.
Eeehhh…. La kok ini sekarang saya ketemu Mas Pepeng. Bukan sebagai bintang tamu rupanya, tapi sebagai host sebuah acara talk show. Acaranya bertajuk KETEMU PEPENG. Acaranya menceritakan kisah-kisah inspiratif kesuksesan anak-anak bangsa. Terpuruk dalam penyakit yang dideritanya, tak tampak dalam cerah wajahnya, senyum cerianya, gaya bicara dan gaya lawakannya yang Pepeng Banget. Ceplas-ceplos, tapi cerdas. Sersan. Serius tapi santai.
Namanya juga usaha. Ini tema acara Ketemu Pepeng yang saya tonton. Seorang bintang tamu adalah pengusaha kue kering, yang lulusan kedokteran. Katanya dokter Co-as terlama dan sampai sekarang belum menjandang gelar dokter. Dokter (awet) muda ini meskipun belum jadi dokter, tapi sudah menjadi SpKK. Bukan spesialis Kulit dan Kelamin, tapi spesialis Kue Kering.
Menjadi penguasaha kue kering adalah pelariannya setelah divonis sakit jantung yang menyebabkan surutnya peluang menjadi dokter. Kondisi ini sempat membuatnya depresi, hilang semangat hidup, mengurung diri di kamar. Sampai kemudian muncul semangatnya  dengan menekuni bisnis kue kering.
“Jadi gak bias nulis resep ya?” tanya Mas Pepeng.
“Bisa, resep kue!” jawab  Bu Diah pengusaha spesialis kue kering ini dengan cepat. Mas Pepeng pun menimpali dengan ketawa khasnya.  Jadi tak peduli seorang calon dokter, beralih menjadi tukang kue –demikian pengakuan bu Diah- bukankah hal yang tabu.
“Namanya juga usaha”  kata Mas Pepeng dengan suara dan gayanya yang khas. Dan sekarang hasil usahanya lumayan. Yaitu bisa untuk membuat 1 pabrik baru.
Dan menariknya usaha yang dilakukan oleh Bu Diah ini salah satu resepnya adalah selalu berbakti kepada ibunya. Ya…. Namanya juga usaha.
Tamu berikutnya adalah Devris stuntman film-film laga. Yang harus berani menantang maut.  Dan ini membuat dia tidak lagi direndahkan oleh teman-nya. Penuh resiko. Takut katanya hanya terjadi ketika kita belum memahaminya. Tapi ketika memahaminya takut itu bias ditekan. Bahaya??? Ya…. Namanya juga usaha.
Slamet Riyadi, coordinator Luminthu. Memanfaatkan sampah, kerajinan barang bekas. Lumayan itung2 nunggu tutupnya usia. Demikian makna Lumintu menurut Pak Slamet.  Ini katanya berawal dari curhat para manula di sekitar rumahnya yang dulunya pintar menganyam. Maka dicarikan bahan sampah untuk didaur ulang untuk dibuat anyaman. Dan sampah inipun kini menjadi barang berharga. Diekspor ke luar negeri. Demikian juga dengan para pekerjanya yaitu 84 orang manula yang kini juga menjadi merasa berharga hidupnya. Ya namanya juga usaha.
Acara Ketemu Pepeng  yang disponsori oleh Dumpet Dhuafa ini sangat menarik. Banyak kisah inspirasi baik yang fakta seperti yang disampaikan oleh ke tiga tamu tadi. Juga ada kisah inspirasi rekaan yang keluar dari mulut Mas Pepeng.  Misalnya tentang pedagang kue ijo yang tak bosan-bosan menjajakan dagangannya, meskipun kepada orang yang sama yang kemarin-kemarin selalu menolaknya. Kegigihannya menjual tak dapat dihentikan. Meskipun hasilnya belumlah Nampak.
Hari pertama dia mengetuk pintu sebuah rumah, “Pak, mau beli kue ijo?” katanya setelah dibukakan pintu. Melihat kuenya kurang menarik, pemilik rumah menolak.
Esoknya dia datangi rumah yang sama, “Pak, mau kue ijo?” …. Dan ditolak lagi.
Esoknya lagi didatanginya rumah itu lagi, “Pak, mau beli kue ijo?” …. Dan ditolak pula. Demikian setiap hari dikunjungi nya rumah itu sampai pada hari ketujuh, sebelum dia menawarkan kue ijonya dia sudah dibentak duluan oleh Bapak pemilik rumah.
“Apaaa?! Kue ijo lagi???!!! Gua paku, lu di tembok, gua salib lu!” bentak pemilik rumah. Mendengar bentakan itu, si penjual kue ijo menjawab:
“Nggak, Pak. Saya Cuma mau tanya….”
“Tanya apa?”
“Ada palu, pak?”
“Kagak!!!” jawab si bapak sambil kesal.
“Ada paku, PaK?”
“Kagaaaaak!” tambah kesal dia.
“Boleh saya tanya satu lagi, Pak?” Tanya penjual kue lembut.
“Apaa!!” pemilik rumah cepat menjawab biar tukang kue segera pergi.
“Emmm …. Mau beli kue ijo, Pak??”
Tentunya bukan Mas Pepeng kalau gak lucu. Tapi kalau Anda membaca tulisan ini tapi tidak tersenyum juga, saya maklum , karena…. saya bukan Mas Pepeng. Dan kalau Anda pengen tersenyum dan terinspirasi saksikaan sendiri Ketemu Pepeng Sabtu depan jam 10 malam di TV One.
Kalau Anda tidak tertarik meskipun sudah membaca tulisan ini….. ya gak papa…. Namanya juga usaha.
Cikarang Baru, 29 Januari 2011

Sabtu, 29 Januari 2011

Belajar bahasa Inggris dulu, Yuuuukk....!

Belajar tiada henti! Itulah seharusnya yangmenjadi semangat kita untuk memperbaiki diri.
Kemarin kita serius ngomongin rokok, yuk sekarang kita rehat dulu dengan belajar bahasa Inggris gaya anak-anak kita......

Check it out:
Okey....
Remember these vocabularies.
Nice to meet you. See you next week.

Jumat, 28 Januari 2011

Ngorok : Belajar dari Tragedi KM Laut Teduh

Kali ini saya mau ngajak lagi pembaca sekalian ngonbrolin rokok, disingkat NGOROK. Bukan NGROKOK seperti pada dua tulisan terdahulu. Karena saya gak mau pembaca salah tafsir. Dikira saya justru mengajak orang untuk merokok.

Tapi kalau saya ganti dengan nama NGOROK, bukan berarti mengajak untuk tidur. Tapi justru membangunkan pembaca sekalian dari tidur. Tidak tidur apalagi –maaf- sambil ngorok menghadapi rokok yang sudah menjadi bom waktu di  sekitar kita. O ya, kalau bicara rokok, di dalamnya adalah rantai industrial rokok. Mulai pabrik, pedagang, distribusi sampai iklan-iklannya.

Ayo bangun...... Jam 3 pagi....
Ya, tadi pagi jam tigaan dini hari, ada kebakaran kapal KM. Laut Teduh di Selat Sunda. Kapal ini dari Merak menuju Bakauheni, Lampung. Menyedihkan, korban meninggal sampai tulisan ini ditulis, menurut berita TV di belakang saya mengetik ini, sudah ada 7 orang. Belum lagi korban luka-luka bakar yang sangat serius yang saat ini sedang dirawat di RS Krakatau Steel Cilegon.

Awalnya api berasal dari bus yang terbakar. Sebabnya diduga oleh puntung rokok.  Kebakaran dahsyat di Selat Sunda ini sebentar lagi bakal menenggelamkan kapal laut ini yang kini sudah miring ke kanan. Lalu juga 6 tronton, 9 truk, 2 bus, 38 sedan, 8 pick up, 26 colt diesel, dan 4 motor yang sedang menyeberang menumpang kapal ini, yang pasti juga bakal menjadi rongsokan di dasar laut sebentar lagi. Belum lagi korban meninggal karena terbakar, korban tenggelam karena tak dapat berenang, dan yang sekarang masih dirawat di rumah sakit.

Wow, rokok tak hanya membawa 4000 racun yang memberikan oleh-oleh kanker dalam tubuh perokok dan orang disekitarnya, tapi juga meluluh lantakkan demikian banyak harta benda dan jiwa. Tak kalah dahsyat dengan kegiatan orang-orang yang disebut sebagai teroris yang belakangan ini pemerintah gencar memeranginya.

Lalu rokok???? Kenapa pemerintah tak gencar memeranginya?? Malah terkesan diam saja? Tidakkan ini juga dahsyat akibat buruknya? Pemerintah harus bertanggung jawab dalam hal ini. Pabrik rokok juga harus dimintai pertanggungjawaban. Edukasi terhadap perokok yang seenaknya saja merokok dimana-mana, juga tanggung jawab pabrik rokok.

Tempat umum adalah tempat yang harus steril dari rokok. Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidakpedulian perokok bisa dituduh menjadi sebab. Tapi bukankan pendidikan bagi warga negara ini adalah tanggung jawab pemerintah? Bukankan pemerintah yang tak meregulasi iklan rokok juga menunjukkan ketakpedulian pemerintah, sehingga ditiru oleh warga bangsanya? Bukankan pabrik rokok yang seenaknya membuat iklan-iklan yang penuh kebohongan itu menunjukkan ketakpeduliannya? Bukankah pabrik rokok yang mengincar generasi muda sebagai pasar strategis demi menyambung kelangsungan hidup pabrik rokok sudah cukup menjadi bukti ketakpeduliannya?

So, sekarang bukan saatnya bicara cukai rokok yang tak seberapa, tenaga kerja pabrik rokok yang upahnya juga tak seberapa, petani tembakau yang dikadalin para tengkulak.

So, now it’s time to talk about bagaimana menyelamatkan generasi muda, bagaimana menekan biaya kesehatan akibat penyakit adiksi rokok, bagaimana menghindari kebakaran akibat puntung rokok, bagaimana menjadikan rakyat lebih sehat tanpa rokok, bagaimana kompetisi olahraga tetap bermutu tanpa iklan rokok. Bagaimana anak-anak dan remaja kita tak dijejali keinginan menjadi seperti bintang iklan rokok yang penuh kebohongan.

Ayo, bangun .... jangan kita ngorok terus... ayo bersama kampanyekan anti-rokok! Sebagaimana kita sering gembar-gembor berteriak anti-terorisme.

Cikarang Baru,  January 28, 2011

Rabu, 26 Januari 2011

Belajar Nulis Sepakbola

Yang gembira dan yang loyo (foto: inilah.com)
Tadinya saya gak pengen nulis. Karena saya bukan pengamat bola. 
Tapi karena gemas dengan permaian Uzbekistan maka akhirnya saya buka laptop juga pada menit ke 77 pertandingan Uzbekistan melawan Australia ini. Di bawah ini adalah catatan saya tentang jalannya pertandingan. *Halah… koyok hyo-hyo-o, Rul*

1. Menguasai tapi tak menghasilkan apa-apa.

Inilah gambaran permainan kesebelasan Uzbekistan melawan Australia pada Asian Cup Qatar 2011 pagi dini hari tadi. Hampir 70% Usbekistan menguasai bola sepanjang pertandingan. Tapi selalu berantakan ketika mendekati kotak penalty. Karena hampir mereka tak pernah mendapatkan posisi enak untuk menembak bola ke gawang Australia.


2. Hard work melawan smart work. 

Sebaliknya Auatralia, meskipun sering diserang selalu berhasil mengakhirinya. Selain dengan mengunci kotak penality dengan 7-8 pemain, sering mereka berhasil mengubahnya menjadi serangan balik yang menghawatirkan dan bahkan menghasilkan gol. Seakan hard worknya Uzbekistan, kalah telak dengan smart worknya Australia.  Bayangkan pengusaan bola yang Cuma 37% justru menghasilkan 6 gol. Dan pemain Australia pada serangan baliknya seperti tanpa pengawalan berarti untuk lari kencang menuju gawang Uzbekistan. Tak ada penghalang untuk berhadap-hadapan dengan kiper Uzbekistan. Sangat berbeda dengan Uzbekistan yang cantik mengutak-utik bola, oper sana oper sini di setengah lapangan, tapi selalu belibet ketika mendekati kotak penalty lawan.

3. Tak cepat belajar dari pengalaman.

Dari gol ke gol selalu terjadi demikian. Serangan balik pemain Australia yang terjadi, tanpa penjagaan ketat. Pemain Uzbekistan seperti berdiri dimana saja mereka mau. Bukan menjaga pemain lawan. Sampai 6 gol semua terjadi secara demikian. Saksikan ketika Uzbekistan menyerbu daerah Australia. Sepertinya sulit melihat pemain Uzbekistan yang berdiri bebas. Sepertinya sulit sekali pembawa bola memberi umpan kepada siapa. Semua terjaga sedemikian ketat. Lalu ketika bola nyangkut di kaki si Aussie, bola ditendang jauh ke depan, dan selalu ada 2-3 orang yang siap menerima dan membawanya lari kencang menuju gawang Uzbekistan, sehingga pemain Uzbekistan lari pontang panting mengejarnya. Dan gagal. Dan terjadinya gol bertubi-tubi, selalu dengan cara demikian.

4. Kebanyakan tak lagi nikmat.


Makan kalau kebanyakan tak lagi nikmat. Demikian juga dengan gol. Meskipun gembira, gol ke-4, 5, 6 tak begitu disanbut dengan selebrasi yang berlebihan. Jalannya sudah terlalu mudah, sehingga kegembiraanpun tak pelu lagi berlebihan. Saya yang nonton aja juga demikian. Gejala bakal gol tampak nyata.

5. Tenang tak menghanyutkan


Yang menyebalkan, ketika menguasai bola, Uzbekistan tampak tenang bagai pemenang. Oper sana oper sini. Tapi tak jelas focus nya mau kemana. Atau mereka mungkin mau memancing pemain Australia yang defensive untuk keluar. Namun pancingan ini selalu gagal. Dan ini terulang-ulang terus. Tak ada perubahan permainan. Seperti tak ada plan B.

6. Mengurangi kecepatan

Ketika mendapatlkan bola bagus pun dan relative lebih tak terjaga, pemain Uzbekistan lari kencang. Tapi ditengah jalan selalu menghentikan bolanya, yang otomatis mengurangi laju larinya sehingga memberi  kesempatan pemain Australia untuk kembali berkumpul di daerah pertahanannya.

Sungguh menyebalkan nonton pertandingan yang seharusnya berimbang namun hasilnya njomplang seperti ini. Rupanya teknik saja tak cukup. Tapi diperlukan juga strategi yang jitu.

Halah… Saya kayak pengamat bola aja. Padahal cuma menumpahkan kekesalan saja. Kenapa yang menguasai lapangan bisa kalah telak begini.

Semoga gak ada yang baca analisa gak bermutu ini.

Cikarang Baru, 26 Januari 2011. 

Selasa, 25 Januari 2011

Demokrasi dan Demonstrasi

Demokrasi. Makhluk apa sih ini? Sejak 1998 makhluk ini seperti merajalela di negri kita. Dan rakyatnya menyambutnya gegap gempita. Seakan dia adalah makhluk sempurna yang akan menyelamatkan negeri ini. Kedatangannya sangat dielu-elukan, bagai satria piningit. Hidup terimpit demokrasi semu selama 53 tahun, seakan kini bagai menemukan anak yang telah lama hilang.

Tapi benarkah kita siap berdemokrasi?
Bukan hanya siap berdemonstrasi?
Kita paham bahwa demokrasi menghargai setiap suara bernilai sama. Suara professor sama dengan suara si bodoh. Suara ulama sama nilainya dengan suara liberalis dan atheis. Suara seorang ayah sama saja nilainya dengan suara anak remajanya. Suara seorang ibu, dianggap sama nilainya dengan suara seorang remaja durhaka. Suara si jujur sama saja derajatnya dengan suara koruptor. Suara penegak hukum sama dengan suara mafia hukum. One man one vote. Lalu kelompok yang terbanyak suaranya dialah yang menang. Yang kurang suaranya dialah pecundang.

Lalu Pilkada dimana-mana sepanjang tahun tak kenal henti. Selesai di sini berlanjut di sana. Di sana usai, diselenggarakan lagi di sono. Di sono beres, kembali lagi ke sebelah sanaan lagi. Terus-terus-terus. Lalu akhirnya kembali diselenggarakan lagi di sini. Dana APBN yang segitu-gitunya digerogoti untuk penyelenggaraan berbagai pesta ini. Belum lagi dana dari kantong kandidat yang entah dari mana datangnya. Tiba-tiba saja para kandidat menjadi seorang kaya raya yang baik hati kepada calon rakyatnya.

Maka ..... pengalaman berpesta demokrasi, ternyata tak menjadikan kita paham dengan makhluk satu ini. Yang banyak itulah yang menang. Yang kurang banyak itu bagaimanapun harus mengaku sebagai yang kalah. Untuk menyelengraan ini ada wasit KPU dan KPUD, ada pengawas Bawaslu, dan Bawasda.

demo setelah pilkada Depok 
Tapi, setiap usai pesta demokrasi. Sering terjadi demonstrasi. Seakan demonstrasi adalah saudara kembarnya si demokrasi. Anehnya selalu kelompok yang kalah mengaku dicurangi, sehingga harus berdemonstrasi. Keberadaan Bawasda dan KPUD bagai bukan siapa-siapa. Jika demikian, benarkah kita telah mengenal demokrasi? Atau demokrasi bisa didefinisikan dengan demonstrasi? Atau jangan-jangan kita salah memilih anak emas yang bernama demokrasi itu?

Menyaksikan sepakbola piala Asia di Qatar melalui layar kaca, ada pertandingan yang indah dan menarik. Ada pertandingan keras dan kasar. Tapi ada persamaan di antara keduanya. Apapun pertandingan yang dipertontonkan, pemain dan penonton tetap patuh kepada keputusan wasit. Kemengan mutlak ditentukan oleh wasit.

Usai pertandingan semua damai pulang ke rumah masing-masing. Kalau ada yang tak puas, cukup dipendam dalam hati. Boleh dilontarkan tapi tak perlu didemonstrasikan untuk minta pertandingan ulang, apalagi harus diputuskan oleh pengadilan.

Kalau pilkada bisa seperti ini. Tentu indah nian demokrasi. Usai memilih di kotak suara, selesailah kewajiban rakyat. Bola ada di tangan panitia pemilih, saksi-saksi, KPUD dan seterusnya. Rakyat tinggal menunggu hasilnya. Apapun!

Oh, indah nian demokrasi.
Tapi itu sayangnya tak ada di negeri ini.

Cikarang Baru, 25 Januari 2011  

Selasa, 18 Januari 2011

Yuk, Membangun Bukit!

Jangan buang uang Anda
“Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” 
Demikian kata pepatah. Ini biasanya dipakai untuk menyemangati anak-anak untuk menabung. Dari sedikit asal rutin dilakukan, pada saatnya akan menjadi banyak dan sangat bernilai.

Ketekunan. Kesabaran. Itulah maknanya. Menyampaikan kebaikan juga demikian. Harus secara sabar dan tekun disampaikan. Tidak bisa semudah seperti membalik tangan. Tapi ketika saatnya tiba dan apa yang kita inginkan tercapai, maka kebahagiaanlah yang kita rasakan.

Ketika memutuskan mau menjalankan ibadah haji, kami –saya dan istri- juga melakukan hal ini. Menabung. Sedikit-sedikit lama-lama terkumpul ongkos naik haji. Asal rutin, terus menerus dan konsisten. Itulah sabar.

Pepatah diatas tak hanya untuk hal yang positif. Tapi bisa juga untuk hal yang negatif.
Makan makanan yang tidak sehat misalnya mengandung pewarna, pengawet, pengental, perisa dan lain-lain ternyata bisa menyebabkan penyakit berbahaya setelah puluhan tahun. Kadarnya sangat kecil, tapi kalau kita konsumsi rutin dan dalam waktu lama, akan menyebabkan kanker.

Demikian juga dengan rokok. Racun yang terakumulasi lama dalam tubuh kita akan menjadi bukit penyakit suatu saat. .....Dan pada gilirannya bukit gundukan tanah di atas kuburan.

Ngorok -ngobrolin rokok- saya baru saja diajak berhitung oleh Bang Fuad Baradja seorang aktivis anti-rokok. Dan ini juga berhubungan dengan pepatah di atas. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Ternyata setiap hari bangsa Indonesia ini bisa menabung Rp 500 milyar per hari. Ya PER HARI saudara-saudara! Tapi sayang nabungnya bukan ke rekening bank pribadi, tapi ke rekening bank jaringan distribusi rokok sampai pemilik pabrik rokok.

Hitung-hitungannya begini:

Menurut data, Indonesia adalah konsumen rokok ke-3 terbesar di dunia. Jumlah perokoknya ada 63 juta orang. Kalau setiap hari mereka merokok rata-rata sebungkus seorang dengan harga rokok termurah Rp 8.000,- maka belanja mereka perhari adalah:

63.000.000 x Rp 8.000,- = Rp 504.000.000.000,- (dibaca: 504 milyar rupiah).

Yang mengagekat lagi adalah 70% perokok adalah orang miskin.
Jadi tabungan orang miskin ke industri rokok adalah:

70% x 63.000.000 x Rp 8.000,- = 352.800.000.000 (dibaca 352,8 milyar rupiah).

Jadi orang miskinpun bisa menabung jumlah yang besar per hari jika mereka konsisten dan sabar. Sayang sekali selama ini mereka konsisten dan sabar untuk hal yang salah.

.................
Menurut laporan, pemilik pabrik rokok besar di Indonesia termasuk orang terkaya di Indonesia.

Hmmm pantes saja mereka bisa sekaya itu. Karena mereka selama ini setiap hari konsisten dan sabar mengeruk sekian persen dari ’tabungan’ para perokok Indonesia, termasuk orang miskinnya. 

”Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” 
Bukit itu telah terjadi. Bukit itu adalah bukit kekayaan milik pengusaha rokok. Dan bukit penyakit pada konsumen setianya.

Oh.... seandainya saja mereka menabungnya dengan benar.

Cikarang Baru, 18 Januari 2011 

Jumat, 14 Januari 2011

Yuk Ngrokok (Ngobrolin Rokok) Lagi!

Kemarin topik Ngrokok (ngobrolin rokok) kita adalah pelecehan terhadap peringatan pemerintah dalam bungkus rokok. Pagi ini seperti gayung bersambut, saya menemukan tulisan di ROL tentang peringatan bahaya rokok pada kemasan rokok. Surprised! Cuma ini yang bisa saya ucapkan.

Betapa ketinggalannya pemerintah negeriku. Peringatan bahaya rokok di luar negeri sudah sedemikian beraninya. Gak cuma tiga baris tulisan panjang yang tempatnya juga gak eye catching sama sekali seperti di sini.  Peringatan di sana gak cuma tulisan tapi juga gambar yang mengerikan.

Salah satu gambar menyeramkan itu adalah deretan gigi manusia yang menguning bahkan kehitaman akibat rokok. Juga jantung manusia yang rusak akibat rokok. Gambar lainnya lagi: manusia yang sedang dirawat di rumah sakit akibat merokok.

50% dari bungkus rokok diisi dengan peringatan dan gambar bahaya rokok
Porsi kapling gambar-gambar itu 50% dari sisi depan dan belakang bungkus rokok. Dan tempatnya pung di atas brand rokok. Beberapa negara di ASEAN seperti Thailand, Singapura, Malaysia dan Brunei memperlihatkan gambar rongga mulut manusia yang rusak digerogoti tumor ganas pada kemasan rokoknya. Kapan ya Indonesia ikut-ikutan yang demikian?
Rokok yang beredar di Malaysia

Pejabatnya sih sudah OK. Seperti kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama. Beliau bilang peringatan kesehatan dalam bentuk gambar pada kemasan rokok di luar negeri sangat efektif. Katanya, menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan sebagian perokok di Brasil menyatakan peringatan gambar pada kemasan rokok membuat mereka ingin berhenti merokok. Peringatan dalam bentuk gambar lebih gamblang mendiskripsikan betapa bahayanya rokok bagi kesehatan manusia.

Sebaliknya, kata Pak Tjandra, berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat tahun 2008: ternyata peringatan bahaya rokok dalam bentuk teks tidak lagi efektif. Karena perokok tidak lagi percaya pada pesan tersebut.  Hehehe... jangan-jangan malah nggak kebaca, karena tulisannya kecil banget.

Gak kebayang deh, kalau udara publik di sekitar kita 'dihiasi' dengan gambar-gambar penyakit bahaya merokok. .... Gak papa deh, bersaing sama iklan film horor Indonesia. Lagipula, masak sih kita ditakut-takutin sama pocong, gendruwo dan suster ngepet melulu. Sementara di dalam tubuh para perokok sendiri ada yang lebih menakutkan.

Kamis, 13 Januari 2011

Yuk Ngrokok! (Ngobrolin Rokok)

Ngobrolin rokok memang tak bakalan bisa berhenti.

Jika yang ngobrol sesama anti-rokok, maka masing-masing akan menceritakan pengalaman pahit dirinya saat dulu masih merokok. Atau menceritakan salah satu anggota keluarganya yang merokok. Atau tetangganya yang perokok. Yang baru saja sakit keras atau bahkan meninggal akibat kebanyakan merokok.

Jika yang ngobrol adalah perokok di satu pihak dan si anti-rokok dipihak lain, maka bakalan lebih seru lagi. Si perokok tiba-tiba berubah menjadi seorang sosialis. Mikirin para pekerja pabrik rokok, petani tembakau, dan semua pihak yang 'mendapatkan keuntungan' dari proses produksi dan penjualan rokok. Sementara si anti-rokok akan mengeluarkan semua logika tentang kebobrokan dan kemudharatan yang ditimbulkan oleh benda 7 senti yang bernama rokok ini.

Kalau ngobrolin rokok memang harus ditetapkan dulu tujuannya. Mau mencari kebenaran atau mau menang-menangan. Sering kalau sudah mentok pro dan kontranya, yang terjadi malah sama aja membenturkan logika dengan yang anti logika. Yang anti-rokok mengeluarkan berbagai data ilmiah tentang bahaya rokok dan akibat-akibatnya. Yang pro-rokok mengeluarkan berbagai alasan yang lemah dan subyektif, tapi terus dibawa kemanapun dia pergi bersama kotak rokoknya.

Yang aneh adalah pemerintah negeri ini. Pemerintah seperti macan ompong di dunia perokokan ini. Peringatannya yang sangar ditempelkan di setiap bungkus rokok. Di tayangkan di setiap iklan rokok. Di cetak di baliho iklan rokok yang berukuran raksasa. Tapi..... tidak digubris oleh para perokok. Anak muda perokok pemula juga tak peduli dengan peringatan itu. Mereka lebih terpesona dengan keperkasaan bintang iklan rokok daripada menyaksikan akibat nyata yang banyak bergelimpangan.

Keperkasaan bintang iklan rokok di TV itu juga sebenarnya adalah pelecehan produsen rokok terhadap peringatan pemerintah itu. Bayangkan ternyata bahaya rokok dalam peringatan itu justru ditutup-tutupi dengan keperkasaan dan kejantanan para perokok yang digambarkan dalam iklan-iklannya.

Peringatan pemerintah tak hanya tak digubris. Tapi bahkan dilecehkan oleh produsen rokok. Negeri ini telah jadi surganya pengusaha rokok. Coba amati lingkungan Anda. Sepertinya setiap jengkal udara publik dipenuhi dengan iklan rokok. Lengkap dengan asapnya.

Saat pilkada udara kita dipenuhi dengan gambar orang-orang yang pengen jadi pemimpin. Beberapa bulan saja, kita sudah merasa sumpek dan bosan melihatnya. Tapi iklan rokok? Sepanjang tahun! Ya, sepanjang tahun mata kita dijejali dengan janji-janji gombal keperkasaan, kejantanan, kebersamaan dan persahabatan di sepanjang jalan. Tapi belum pernah saya mendengar ada yang protes keras, bosan dan eneg dengan iklan janji palsu para produsen rokok ini. Bahkan lembaga olahraga, pendidikan, sosial, ormas justru banyak yang hidup mendompleng dan didomplengi iklan rokok ini.

Kalau ada yang konsisten menyuarakan gerakan anti rokok, itu masih sangat sedikit. Diantaranya Pak Fuad Baradja bersama LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) yang didirikannya. Dan sekeras apapun suaranya masih tenggelam diantara gemuruh hingar-bingar dan hutan belantara iklan rokok. Juga tenggelam di dalam jurang diamnya pemerintah, yang seakan sudah merasa cukup dengan menerbitkan peringatan kecil dalam persegi panjang yang dicetak dalam bungkus rokok itu.

........Ngobrolin rokok alias ngrokok memang tak habis-habisnya. Udah dulu, ah.... emangnya ada yang mau baca tulisan ini! 

Kamis, 06 Januari 2011

Matematika Tombo Kangen

Tiga hari sudah aku meninggalkan Cikarang. Kangen Ibu yang sendiri di Surabaya, Senin lalu aku meluncur ke Surabaya. Hari ini hari ke tiga. Giliran kangen sama anak-anak dan istri.

Karena aku punya murid bimbel di EMC, maka aku serahkan ke anak-anakku yang pas libur sekolah. Sambil ngajarin mereka betapa nikmatnya mengajar itu.

Mungkin karena nerveous maka anakku selalu SMS ketika ada soal yang gak bisa dimengerti.

Siang ini untuk menyapa mereka aku mampir ke warnet di Kebraon. Kubuka facebook dan kudapati anakku sedang online ketika tiba-tiba anakku menyapa lewat chatting box. Tanya-tanya kabar, melepas kangen sampai ngomongin matematika.

Berikut ini chattingan kami:


1:33pm
Ayah!!!­ ­
◄animAN5► ­ ­
kangen!!!­ ­
Apa, sayang...?
ayah gmn kbar'a???­ ­
kakie akku skit banget!!!!­ ­
Sama... ayah gak kemana-mana, karena alergi ayah kumat.
gak adha yang mijittin!­ ­
Kakinya kenapa?
habis latihan karate!­ ­
gak thu!­ ­
Kan adnan mijitnya enak.
Keram+Kseleo!­ ­
beuh!!­ ­
adnan main mlu!­ ­
Ya, disuruh mijut dong.
sekarang sja lgi main!­ ­
main apa dimana?
di Rumah Ibrahim!­ ­
sama Dani!­ ­
mbak Ahsana?
siap ngajar?
ya,­ ­
mbak ahsana lagi nonton!­ ­
muridnya tak ade!­ ­
nanti jam 2 kan ada murid.
suruh siap-siap
pelajari dulu soal-soalnya.
klas 4, 5, dan 6
iya!­ ­
tpi!­ ­
kmarin yang jam 2 pda gak dtng!­ ­
mudah2 hari ini datang.
yang dateng Ahmad and CS­ ­
murid athaya EMC club nya adnan datang gak?
lengkap!­ ­
dtng!­ ­
khana sma Satrio gak dtng!­ ­
athaya sudah ngajar 2 kls!­ ­
ayah mau nanya pertanyaan soal kelas5­ ­
Shi A mempunyai duit setengah kali si B. jika uang a 18.500, uang B ?­ ­
kalau A uangnya setengah si B, berarti uang si B berapa kali uang si A?
2 kali bukan yah ?­ ­
Ya! Jadi, berapa uang B?
37000­ ­
Betul....!
orang make kalkulator!­ ­
◄animAN10► ­ ­
Gpp yang pentingtau caranya. Sekarang: jika uang si A sepertiga uang si B. Uang si B berapa kali uang si A?
si A pnya uaang setengah kali ung nya si B. unag B 23.000. berapakah uang shi A????? ­ ­
ya udah tinggal itung setengahnya uang si B berarti setengahnya 23.000 itu berapa.
oh, berti 23.000 dibagi 2 ya yah!­ ­
11.500­ ­
Good...
matematika itu gampang.
bahasa tulisan diubah aja menjadi bahasa angka.
ok!­ ­
Coba jawab pertanyaan ayah tadi.
yang manna???­ ­
jika uang si A sepertiga uang si B. Uang si B berapa kali uang si A?
itu tdi yang nanya mbak ahsana ya yah!!!!­ ­
jdi yang jawab mbak Ahsana!!!
­ ­
hehehe­ ­
..­ ­
tadi yang jawab juga mbak ahsana?
kta mbak ahsana­ ­
iia!­ ­
kta mbak ahsana 3x uangnya A­ ­
ealaa........aaaah.....
ittu jwabannya!­ ­
kalau gitu pertanayya diganti.
dia kemarin sudah nanya Ayah.
yayyayahh!!­ ­
si A uangnya seperdelapan uang si B.
Maka uang si B berapa kali uang si A?
8 x uang si A!­ ­
athaya yag jawab!!!­ ­
Good...
khan setngah 2x sepertiga 3x seperdelapan 8x donk!!!­ ­
heheheh...­ ­
◄animAN15► ­ ­
Uang si A tiga per empat uang si B. Jika uang si A 75.000 berapa uang si B?
GPL!
Lama banget Neng....!
3. 2225.000­ ­
3.225.000­ ­
ntu yang betul yang ke dua!­ ­
SualaHHHH!
yah!!!!­ ­
Siapa tuh yang jawab?
athaya!!!!­ ­
jawabannya!­ ­
100.000­ ­
yan!!!­ ­
Pantes...!
akku btul khan!!!­ ­
Nah siapa lagi tuh yang jawab.
athaya!!!!­ ­
cranya diajarain­ ­
Gimana caranya?
75.000x4:2­ ­
:3­ ­
75.0004:3­ ­
yang kekhh;kb;ggkbh­ ­
ayah!­ ­
salah nulis!!!­ ­
yang betul!­ ­
nulis aja blebit. = 75.000 x 4/3
iyya!!!!­ ­
hkykjylgkt;f­ ­
siapa yang ngitung?
ayah bak Ahsana jail!­ ­
kroyokan ya???
athaya yang ngitung pake kalkun lator­ ­
yang mikir siapa?
mba ahsana yah hehe ­ ­
:D­ ­
ayah!­ ­
yang jjam 2 plngnya jam rapa???­ ­
Jam setengah empat.
Udah datang?
Dimas doank!!!­ ­
yah!!!!­ ­
mbak ahsana gak bergegas ngajar!­ ­
eh sekarang dah ke atas!!­ ­
Kabarnya Mbah gmana???­ ­
Ayah???­ ­
◄animAN14► ­ ­
Alhamdulillah Mbah sehat.
Senang menerima surat kalian semua.
alhamdulillah!­ ­
yah,­ ­
kpn ayah plng???­ ­
kngen!!!­ ­
◄animAN5► ­ ­
Insya Allah besok.
aminn!!!!­ ­
Udah dapat tiket.
ok!­ ­
Sabu pagi Insya Allah nyampe.
make Bis Teh Rosell??­ ­
Doakan perjalanan lancar, selamat dan penuh berkah.
amin!­ ­
dan....­ ­
Rasolia Indah.
yah pleettan dah Teh Rosella­ ­
Kasih tau mbak Ahsana. Untuk Dimas dikasih waktu setengah jam aja. Ditungguin, suruh kerjain yang mudah dulu. Setelah setengah jam Kalau gak bisa, langsung dibahas aja.
Sampai jam 2.45 deh. (empat puluh lima menit)


Ooh... di warnet sejam cukup lumayan untuk tombo kangen.