Sabtu, 16 Januari 2010

MENDADAK

Tadi pagi seusai shalat subuh, di masjid diumumkan bahwa seorang teman kami, orang tua kami, guru kami, imam masjid kami telah berpulang ke rahmatullah jam 2 dini hari.

Pengumuman seseorang meninggal dunia adalah hal biasa, karena setiap orang pasti meninggal dunia. Tapi ketika mengenal siapa yang meninggal dunia, sering kita terhenyak kaget. Apalagi jika tidak didahului dengan sakit serius. Demikian juga yang saya dan beberapa teman jamaah masjid rasakan pagi ini. Kami kaget, seperti tak percaya. “Masak sih, kemarin masih jadi imam shalat maghrib?” Sebuah pernyataan ketidakpercayaan meskipun tak berarti menganggap ini berita bohong. Karena kami telah diajari bahwa setiap yang berjiwa pasti mengalami kematian.

Tapi secara akal manusia, memang banyak yang menganggap kematian ini sangat mendadak. Terbayang, sholat Jum’at masih menjadi imam, mahgrib juga demikian. Isya shalat juga di masjid meski jadi makmum. Lalu jam dua belas malam di bawa ke klinik terdekat, kemudian jam setengah dua meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit yang lebih besar.

Sering kita mendengar dalam pengajian bahwa kematian itu pasti datang. Dan Allah telah memberi tanda-tandanya. Sebagaimana kepada Nabi Daud, berupa rambut yang berubah memutih. Setiap umur kita bertambah itu adalah perjalanan pasti menuju kematian. Setiap mata yang semakin lamur, itu adalah tanda-tanda usia semakin udzur. Ketika badan semakin ringkih, itu adalah pertanda kita harus semakin paham kemana arah kehidupan kita. Ketika kekuatan tubuh semakin berkurang, tanda-tandanya masa kontrak hidup kita di dunia ini juga semakin berkurang.

Tapi rasanya berita itu tetap seperti mendadak!

Pantas saja ketika Rasulullah yang sangat-sangat dekat dihati para sahabat diumumkan meninggal dunia, ada saja para sahabat mulia yang tak mempercayainya. Seakan kehidupan yang indah ini, kalau boleh kita nikmatilah selama-lamanya. Seakan kebersamaan dengan Rasulullah mulia itu tak boleh dihentikan oleh waktu. Seakan semangat jihad ini tak semestinya dihentikan oleh kematian.

Ya, semangat hidup sering membuat kita lupa akan datangnya kematian. Meskipun tanda-tandanya hadir di dalam jasad kita, maunya besok kita masih hidup. Meskipun tanda-tanda di sekitar kita berupa anak-anak yang semakin beranjak dewasa telah hadir di pelupuk mata, seakan masih saja kita merasa bakal hidup terus sampai beberapa tahun ke depan.

Ya, semangat hidup memjadikan kita terlena dengan kematian yang bisa jadi sudah dekat disekitar kita. Jadi kematian itu bukan mendadak datangnya. Hanya diri kita saja yang tak siap menyongsongnya.

Jika demikian halnya, sebaiknyalah kita bersiaga. Ayo… bersiap siagalah!

Cikarang Baru, 30 Muharram 1431/16 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar