Selasa, 19 Oktober 2010

KKPK

Kecil-Kecil Punya Karya. Itu kepanjangan dari KKPK. Buku serial terbitan Dar!Mizan.
Isinya cerita anak-anak dan remaja ABG. Anak-anak banyak tergila-gila dengan buku ini. Termasuk anakku yang klas 5 SD.

Sukses dengan KKPK, penerbit yang sama menerbitkan serial Pink Berry Club. Kalau KKPK untuk anak usia 8 – 12 tahun, PBC untuk anak remaja di atas 12 tahun. Meskipun demikian anak-anak usia di bawahnya tetap menyukainya. Termasuk anakku.

Yang menarik adalah buku-buku ini menanamkan nilai-nilai kebaikan. Berarti kebaikan pun laku dijual jika dikemas dalam kemasan kreatif dan indah. Tidak seperti buku komik Jepang terbitan sebuah penerbit besar yang banyak menjual dan mengumbar pergaualan bebas dan pornografi agar digandrungi anak-anak remaja ABG, dan anehnya beredar bebas di jaringan toko buku terbesar di Indonesia.

Kembali ke KKPK.
Beberapa hari ini anakku selalu merengek minta dibelikan KKPK dan PBC. Katanya untuk koleksi bukunya. Dari isinya insya Allah tak mengkhawatirkan. Tapi dari segi dompetku tentu mengerikan. Maka sambil lalu aku mengatakan bahwa kalau dia bisa jual 10 buku, aku akan kasih 1 gratis untuk menambah koleksinya. Itung-itung mengenalkan dia etos kerja sebelum memperoleh sesuatu.

Tuingg....!
Gayung bersambut. Segera anakku informasikan ke teman-temannya bahwa dia jualan KKPK dan PBC. Awalnya teman-temannya minta lihat-lihat dulu beberapa judul. Tentu saja tak bisa kupenuhi. Aku tak mungkin menyediakan barang dagangan di rumah. Lalu anakku browsing internet dan dia mendapatkan banyak gambar cover buku-buku itu. Di uploadnya di akun FB-nya. Temannya mulai pesan. Dicatatnya buku apa dipesan siapa.
Lalu terkumpul 12 judul, dalam waktu kurang dari 3 hari.

Segera aku pesan buku-buku itu ke teman yang punya bisnis buku. Dua hari kemudian buku-buku itu sudah di tangannya. Kulihat matanya berbinar penuh semangat berangkat sekolah hari itu. Meskipun tas ranselnya jadi tampak lebih berat daripada biasanya. Sementara di tangannya juga masih menenteng tas mukena.

”Hati-hati pegang uangnya.” kataku saat mengantarnya sekolah.
”Hanya yang bayar yang dikasih buku, ya Yah?” katanya mengulangi ajaranku.
Maka dalam 3 hari habislah buku-buku itu. Dan sebelum habis, anakku sudah mencatat lagi 13 pemesan. Dan kini tinggal 3 buku di tangan karena temannya belum bawa uang. Tentu saja setelah dikurangi buku bonus miliknya. Untuk mengapresiasi prestasinya ini saya menyebutnya dengan KKPK pula. ”Apa Yah?” tanyanya. ”Kecil-Kecil Punya Kios.” jawabku.

Kini anakku semangat menjajakan buku-bukunya. Tentu karena semakin lama semakin banyak yang tau, dan semakin banyak yang datang sendiri memesan buku. Tak hanya anak-anak, beberapa guru juga mulai tau. Apalagi setelah buku catatan penjualan anakku diminta (baca: disita) wali kelasnya....  Untuk yang terakhir ini sayangnya tidak menggembirakan. Karena bukan pujian dan dorongan semangat yang didapat, tapi bahkan kabarnya akan ada peringatan. Karena di sekolah murid tidak boleh berjualan. 

Saya sedang berfikir mencari jalan keluar menyalurkan minat ini....
Ada saran?

Cikarang Baru, 19 Oktober 2010.

2 komentar:

  1. Tetep jualan,tpi ambil barangnya pas pulang

    BalasHapus
  2. om kalau boleh tanya.Boleh gak minta no hp temen om yg jualan buku kkpk.Soalnya aku jga pengin jualan nih....trims ya om

    BalasHapus