Sabtu, 14 April 2012

Bisnis Buku “Istri Simpanan”

Sepekan terakhir dunia pendidikan Indonesia heboh oleh istri simpanan. Istri simpanan ini disimpan dalam buku muatan lokal khusus DKI Jakarta yaitu mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta. Bagi siswa SMA atau minimal SMP mungkin istilah istri simpanan sudah bisa dipahami. Tapi ternyata buku yang memuat istri simpanan itu adalah untuk anak klas 2 SD. Sungguh T.E.R.L.A.L.U.


Ada beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus ini: Apakah pantas “istri simpanan” disebut sebagai budaya Jakarta? Apa relevansinya seorang anak seusia 7-8 tahun harus mengetahui masalah sosial orang dewasa itu?

Sedangkan membaca saja mereka belum lancar. Kalau toh sudah lancar,  memahami isi bacaan saja belum tentu. Saya mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar. Anak usia SD klas 1-4 banyak yang belum bisa menangkap isi suatu bacaan. Meskipun mereka telah lancar membaca.

Pertanyaan selanjutnya bagaimana buku semacam ini bisa sampai ke sekolah. Tentu melalui transaksi jual beli antara sekolah dengan penerbit atau pedagang buku. Jadi berhubungan erat dengan uang.

Bisnis buku sangat manis sehingga menggiurkan banyak orang. Harga eceran buku bisa 4-5 kali harga pokok. Khusus buku LKS saya pernah mencicipi manisnya jualan buku ini. Mari kita lihat betapa manisnya bisnis buku ini:

Saya ambil buku dari distributor penerbit dengan harga Rp 2000. Saya jual ke sekolah Rp 6000. Agar bisa masuk saya berikan diskon 40%. Jadi saya terima Rp 3600. Jadi saya dapat untung 1600 per buku. Saya tidak hanya menjual LKS untuk satu mata pelajaran tapi 14 mata pelajaran, dengan jumlah murid satu sekolah sekitar 1000 siswa. Silakan dihitung keuntungan saya. Lebih dari 20 juta untuk satu sekolah saja!

Itu tidak seberapa dibandingkan keuntungan sekolah. Ternyata oleh sekolah buku itu dijual dengan harga Rp 7.000 per eksemplar. Hampir 2 kali lipat dari harga belinya ke saya. Itupun kepala sekolahnya masih minta profit sharing dari saya. Wow.....

Perlu dicatat, saya bisa menjual buku itu karena saya memberi diskon 5% lebih banyak daripada supplier sebelumnya. Karena itu saya juga ditawari kesempatan untuk mensupplai buku paket/diktat. Tapi syaratnya saya harus bersaing dengan supplier sebelumnya yang setiap akhir tahun pelajaran selalu memberi hadiah paket jalan-jalan bagi guru dan keluarganya. Kali ini saya angkat tangan.

Dengan jor-joran diskon dan iming-iming THR, traveling akhir tahun dan lain-lain bagi guru dan kepala sekolah, apakah bapak dan ibu guru bisa obyektif menilai kualitas isi buku?

Cikarang, 14 April 2012
Asli tak punya istri simpanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar