Minggu, 03 Januari 2010

Lapang Hati

Ini bukan dalam rangka memperingati malam tahun baru masehi 2010. Tapi ini kegiatan rutin DKM-DKM di sekitar rumahku. Ada sekitar 5 DKM yang secara bergiliran mengadakan acara seperti ini setiap akhir bulan.

Acaranya mengkhatamkan Al Quran, tausiyah dan dilanjutkan qiyamullail, shalat subuh dan kuliah subuh. Acara yang penuh isi dan pahala Allah, insya Allah, sangat sayang kalau dilewatkan.

Malam ini, 31 Desember 2009, setelah khotmul Quran, tausiyah diisi oleh Ustadz Syarifuddin Jatnika, Lc. Beliau menyampaikan materi tentang kelapangan hati yang bisa mendatangkan kebahagiaan.

Dan kelapangan hati itu dapat terjadi karena beberapa hal.

1. Tauhid – kekentalan tauhid kita kepada Allah akan melapangkan hati. Aqidah yang kuat akan keesaan Allah, kemahakuasaan Allah, akan melapangkan hati. Sebaliknya kesyirikan menyempitkan hati. Ketika menghadapi masalah kembalilah kepada Allah, maka hati akan tentram. ‘Ala bidzikrillahi tatmainnul quluub. Bukan mencari jalan lain yang berujung mempersekutukan Allah.

Lurusnya motivasi juga menyebabkan hati tentram. Allahu ghayatuna. Allah tujuan kami. Bukan harta, jabatan dan kedudukan. Bukan kesuksesan dunia tapi kesuksesan akhirat. Orang mukmin dikatakan menang dan sukses ketika kakinya menginjakkan kakinya di surga.

2. Ilmu yang bermanfaat – Buah ilmu adalah amal. Jika ilmu tak dibarengi amal maka ilmu itu tak bermanfaat. Amal itu bisa oleh diri sendiri ataupunn oleh orang lain yang mendengar dan membaca ilmu yang kita sampaikan.

Ilmu itu mendahului perkataan dan perbuatan. Bukan sebaliknya. Berkata dan bebuat tanpa ilmu. Karena Allah akan meminta pertanggungjawaban kita.

Ilmu itu sedikitnya akan bermanfaat. Dan pada banyaknya akan meningkatkan derajat pemilik dan pengamalnya.

3. Amal Sholeh – penuhi hidup kita di dunia ini dengan amal sholeh. Perbuatan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain. Jangan banyak menyia-nyiakan waktu. Karena kita tak pernah tahu berapa jatah waktu yang diberikan Allah kepada masing-masing orang.

Menurut Al Qarni, istirahatnya orang mukmin itu adalah di surga. Jadi selama di dunia tak ada waktu untuk istirahat. Terus bergerak, berkarya dan beribadah.
Rasulullah menjadikan shalatnya sebagai istirahat. Artinya tak ada waktu yang sia-sia. Kecuali nikmat tidur yang memang diberikan Allah kepada kita. Dan digunakan secukupnya saja sehingga dapat merekoveri energi untuk aktifitas dan ibadah selanjutnya.

4. Jauhi maksiyat – Setiap maksiyat akan menghasilkan titik hitam di hati kita. Semakin banyak bermaksiyat, semakin banyak titik-titik hitam mengotori hati kita. Jika dilakukan terus menerus, maka semakin lama hati kita menjadi berkarat. Hati yang berkarat menyebabkan hilangnya sensitivitas atas sinyal-sinyal dari Allah. Hati menjadi sulit tersentuh dengan firman-firman Allah. Ancaman tak menyebabkan hati dan mata menangis. Berita gembira tak bakal menggerakkan hati, mulut dan anggota badan untuk segera berbuat memenuhi panggilan-Nya.

Sebaliknya, dengan menjauhi maksiyat hati menjadi sensitive terhadap panggilan dan teguran Allah. Hati menjadi mudah dan lapang menerima iradah Allah. Maka semua yang diterimanya menjadi syukur dan sabar saja adanya. Itulah kebahagiaan itu.

Referensi:
Ibnu Qayyim Al Jauziah dalam buku La Tahzan karya Syeikh Aid al Qarni.


Mega Mendung, 16 Muharram 1431/1 Januari 2010. Jam 10:51

1 komentar:

  1. Pencerahan yang bagus, semoga yang membaca ikut tercerahkan semua.
    AMin.

    TFS

    Salam

    BalasHapus