Tapi bagi penggemar shalat tarawih di bulan ramadhan, pasti kenal dengan komposisi angka ini. Ya… ini memang komposisi jumlah rakaat tarawih untuk genap menjadi 11 rakaat. Yang pertama 4-4-3. Artinya 4 rakaat satu salam, dilakukan dua kali lalu ditutup dengan witir 3 rakaat. Lalu yang kedua 2-2-2-2-3. Bermakna 2 rakaat satu salam sebanyak empat kali lalu ditambah witir 3 rakaat. Dua-duanya totalnya menjadi 11 rakaat.
Di masjid dekat rumah shalat tarawih dikerjakan dengan cara 2-2-2-2-3. Saya dan anak-anak sudah hapal betul dengan cara ini. Cara ini lebih familiar dilakukan di sejumlah masjid. Dengan dua-dua jamaah tidak terlalu capek. Karena setiap dua rakaat kita bisa jeda. Anak saya yang berumur
Entah tahu dari mana tiba-tiba di sela-sela jeda shalat tarawih Adnan (5) bertanya.
“Yah, boleh nggak kita shalat empat-empat.”
Saya tak perlu melacaknya darimana dia dapat ide ini, mendingan saya jawab saja:
“Boleh.” Karena memang nyatanya Rasulullah juga pernah melakukan cara ini.
“Jadi empat-empat-tiga.” Saya menjelaskan lebih lanjut.
Adnan mencoba berhitung dengan jari-jarinya. Empat ditambah empat sama dengan delapan lalu ditambah witir tiga rakaat. Semuanya jadi sebelas.
“Yah, mau dong kita shalat 4-4?” pintanya.
“Emang kenapa?” Tanya saya.
“Biar lebih cepat selesai.” alasannya. Mungkin karena salamnya cuma tiga kali, jadi kesannya lebih cepat selesai.
“Ya… lain kali kita shalat di masjid al Islah.” Saya menjanjikan. Masjid al Islah di RW tetangga memang melaksanakan tarawih dengan 4-4-3.
Sejak itu setiap malam ketika berangkat tarawih, Adnan selalu mengingatkan kapan kami tarawih 4-4-3. Dan saya selalu menjanjikannya. Tapi sayang saya selalu melupakannya karena kesibukan saya. Sampai ramadhan pun berakhir kemarin.
Saya menyesal sekali. Sebenarnya ini bakal menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi Adnan. Bahwa ada keberagaman dalam melaksanakan ibadah tarawih. Dan semuanya pernah dilakukan oleh Rasulullah. Kalau Rasulullah pernah melakukan demikian, tentu tak ada masalah para pengikutnya juga melaksanakan dengan beberapa cara itu.
Mengingat keinginan Adnan ini, saya jadi teringat heboh beberapa tahun lalu di sebuah masjid lainnya di perumahan saya tinggal. Jamaah marah karena Imamnya mengimami shalat tarawih dengan 4-4-3. Padahal selama ini telah disepakati untuk tarawih dengan 2-2-2-2-3. Gara-gara kemarahan itu beberapa orang jamaah yang setuju dengan 4-4-3, termasuk sang Imam itu kini tak pernah lagi menginjakkan kakinya di masjid itu.
Sekali lagi saya menyesal Ramadhan tahun ini tak sempat mengajak Adnan shalat tarawih di masjid 4-4-3. Padahal dia sangat menginginkannya. Kalau saja dia berkesempatan, tentu ini menjadi investasi sikap toleran dalam jiwanya.
Ya Allah, berilah saya, dan juga Adnan, umur panjang sampai Ramadhan tahun depan. Lalu kami jalan-jalan ke masjid lain untuk menikmati ‘strategy’ 4-4-3.
Cikarang Baru, 1 Syawal 1430H/20 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar