Jumat, 04 September 2009

Sedekah Berbuka (1)

Rasulullah mengajarkan kalau kita berpuasa lalu memberi buka puasa kepada orang mukmin yang berpuasa, kita akan mendapatkan pahala sebesar pahala orang tersebut tanpa mengurangi hak dia.

Ini tampaknya menginspirasi tetangga di depan rumah saya. Bagi saya ia adalah juara satu tercepat dalam memberi takjil bagi tetangganya. Sebenarnya bukan cuma di bulan Ramadhan, bulan-bulan lain Ibu Fulanah ini juga rajin bagi-bagi makanan meskipun hanya semangkok sayur asem.

Ya…. Dia yang tercepat!

Karena dia sudah berlatih pada bulan-bulan sebelumnya!

Pada hari pertama sekitar jam empatan sudah ada semangkok bubur ketan hitam dikirim ke rumah. Alhamdulillah…. Semoga Allah memberi ganjaran yang berlipat ganda. Semoga puasa saya diterima Allah, mendapat pahala dan dia juga mendapatkannya sebesar itu tanpa mengurangi pahala saya. Seperti janji Rasulullah. Subhanallah.

Hari kedua….. tetangga yang lain lagi mengirim segelas es buah. Sekitar jam limaan.

Nikmat rasanya, saat dibutuhkan tiba-tiba mendapatkannya. Anak-anak saya, Athaya dan Adnan, yang sedang belajar puasa menampakkan benar kegembiraan itu, meskipun saat berbuka masih satu jam lagi. Apalagi awal-awal puasa ini Ibunya memang sedang tidak di rumah karena ikut diklat guru di luar kota.

Oh… indahnya ajaran Rasulullah. Beri-beri-beri. Tak usah malu berapapun. Bagi-bagi-bagi. Secepat angin yang bertiup.

Ketika Rasulullah menyampaikan ajaran ini, seorang sahabat berkata bahwa tidak semua sahabat berkemampuan memberi sedekah berbuka. Maka Rasulullah memberikan jawaban yang menggembirakan semua orang “walaupun hanya dengan sebiji kurma. Walaupun hanya dengan seteguk air.”

Hari berikutnya…. Ada semangkuk bakso….

Saya menerimanya dengan doa tulus, agar dia mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Karena sang tetangga melaksanakannya demi patuhnya kepada Rasulullah SAW.

“Ayah, kapan kita bagi-bagi buka puasa?” tiba-tiba anak saya Athaya (9 th) mengingatkan. Sebelum Ramadhan memang dia melihat saya mengetik rencana kerja selama Ramadhan. Diantaranya ada poin “sedekah berbuka”.

“Ya, ayah sedang menunggu kurmanya. Sudah dipesan ke teman Ayah. Nanti kalau ada, Ayah ditelpon.”

Sampai dua hari telpon yang saya tunggu belum juga ada. Athaya tampaknya sudah ngebet. Katanya, “gimana dong, Ayah gak melaksanakan programnya sendiri.”

“Oke, besok kita siapkan.” Jawab saya semangat, karena disemangati Athaya. Kebetulan besok juga ada jadwal kirim takjil ke masjid.


Maka sore itu saya membeli 6 buah kelapa muda, beli gelas plastik, tutupnya dan sendok plastik. Yang praktis-praktis saja. Kelapanya juga sudah dipecah oleh penjualnya. Sudah berpindah ke kantung plastik. Jadi sampai di rumah tinggal nuang-nuangin ke gelas plastik.

Akhirnya jadilah 20 gelas es kelapa muda. Senang sekali akhirnya bisa mengantar sedekah berbuka ke masjid. Anak-anak juga tampak sangat menikmati kegiatan ini.

Cikarang Baru, Ramadhan 1430H.

Terima kasih kepada para tetangga dan anak-anakku yang telah mengingatkan amalan mulia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar