Jumat, 25 September 2009

Indahnya Berbagi

Sepuluh hari terakhir Ramadhan memang saya membatasi diri untuk ngeblog.... takut waktunya bablas surfing kemana-mana. Maka saya borong upload tulisan yang sudah terekam di kepala. Ini diantaranya:

Setiap hari masjid al Muhajirin selalu mangadakan buka bersama. Acara berlangsung lancar karena penyedia takjil sudah diatur sedemikian rupa. Bergilir dari satu gang ke gang lain. Alhamdulillah setiap hari makanan yang tersedia tidak cuma makanan kecil, tapi juga makanan besar. Kalau cuma ada makanan kecil, jumlahnya sangat lebih dari cukup.

Buka puasa ini disediakan selain untuk para musafir dan pedagang keliling, juga diharapkan melalui forum ini keakraban bertetangga terjalin lebih baik. Agar masjid tak kotor, acara ini dilaksanakan di balai RW yang terletak di samping masjid. Setiap hari balai RW ini dipenuhi oleh Bapak-bapak yang ikut berbuka. Selain itu tak kalah serunya dengan banyak anak-anak dan remaja yang turut serta menyantap menu berbuka puasa ini. Dan tak ketinggalan ibu-ibu penyedia takjil menyiapkan dan melayani mereka.

Seperempat jam sebelum waktu maghrib, ada Ustadz yang menyampaikan tausiah. Sementara tausiyah berlangsung, makanan berbuka bergeser dibagikan. Ada beberapa piring kue, ada es buah, teh hangat, kolak, agar-agar, kurma, air putih. Kadang-kadang ada bakso dan nasi kotak.

Menyambut makanan ini yang paling meriah tentu anak-anak dan para remaja. Setelah sehari berpuasa, rasanya semua makanan yang ada harus dijajal satu per satu. Maka tak heran jika di depan seorang anak ada tiga macam minuman, es buah, kolak, dan the. Juga beberapa macam makanan.

Sementara Bapak-bapak biasanya khusyuk mendengarkan tausiyah.

Suatu hari, selain makanan kecil ada kiriman nasi bungkus dari salah satu penyedia takjil. Dan beberapa saat kemudian dari [enuedia takjil lainnya ada kiriman nasi kotak. Saat pembagian menjelang berbuka, saya menyaksikan ada empat anak yang menerima kedua jenis nasi tersebut. Keduanya diletakkan di sampingnya. Rasa malunya membuat mereka tak terang-terangan menempatkannya di hadapannya. Sekali lagi… puasa seharian sering menyebabkan anak-anak bernafsu untuk melahap semuanya.

Saya yang berada di antara anak-anak itu tak tega melihat pemandangan yang tak elok ini.

“Anak-anak….” kata saya. “Kalau kalian punya dua porsi nasi, siap-siap ya untuk berbagi.” Lanjut saya.

“Sebentar lagi akan datang beberapa orang yang tentu belum kebagian apa-apa. Nah, kalian yang punya dua, saatnya belajar berbagi. Silakan dibagikan kepada orang ini.”

Empat anak yang tadi menyimpan dua porsi nasi saling sikut. .... akhirnya mereka tak malu-malu lagi mengeluarkan simpanan makanannya dan menempatkannya di depannya masing-masing.

Benar saja, tak lama kemudian datang dua orang Bapak. Saya pun memberi aba-aba: saatnya untuk berbagi. Maka seorang anak dengan sigap mengantarkan sebungkus nasinya dan nasi temannya kepada kedua orang yang baru datang itu.

Saya sangat bahagia melihatnya. Mereka tampak ikhlas melaksanakan nasihat saya. Selama ini mereka hanya tak mengerti saja mana yang elok mana yang tidak. Maka ketika diberi penjelasan mereka dengan mudah dan sigap melaksanakannya.

Beberapa saat kemudian dua orang datang lagi. Dua anak yang berkelebihan nasi bungkuspun menyambutnya dengan uluran nasi.

Saya tersenyum puas, keempat anak itupun juga tampak tanpa beban lagi…. Memang indah kalau kita mau berbagi.

Terngiang sabda Rasulullah, "bukan dari golongan kami orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan." Anak-anak telah mengamalkannya. Semoga Allah membimbing mereka sampai dewasa kelak.

Cikarang Baru, 1 Syawal 1430H/20 September 20, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar